Taman untuk jalan salib diresmikan pada tanggal 18 Agustus 1994 oleh Uskup Niigata saat itu, yaitu Francis Keiichi Sato, O.F.M (Ordo Fratrum Minorum atau Ordo Fransiskan).
Tim dari Universitas Gifu dan Universitas Akita yang memeriksa sampel memastikan bahwa kandungan air mata yang keluar, sama dengan kandungan air mata manusia.
Kami kemudian masuk ke ruangan di sebelah kiri untuk bergabung dengan beberapa rombongan yang sudah sampai terlebih dahulu. Ada suasana teduh saya rasakan ketika duduk di kursi yang disediakan di dalam, di depan patung Bunda Maria.Â
Terlebih lagi, halusnya hasil pahatan patung, serta langit-langit yang tinggi karena struktur irimoya-juusou menambah kental suasana Jepang.
Kami kemudian mulai berdoa rosario. Rombongan yang sudah sampai terlebih dahulu juga terlihat khusyuk berdoa dengan memegang rosario di tangan masing-masing.Â
Ternyata ada rombongan ibu-ibu dari Indonesia, ketika kami bertemu dan mengobrol di depan gedung, usai berdoa rosario. Suster Kitagawa berkata bahwa banyak juga peziarah dari Indonesia datang ke sana.Â
Saya sempat berbincang dengannya sambil mengisi buku tamu yang disediakan. Dia bertugas menjaga toko kecil dekat pintu masuk bangunan utama yang menjual benda-benda suci maupun buku yang berhubungan dengan perayaan ekaristi.
Di tengah-tengah area, terdapat beberapa potongan pohon yang dibentuk sebagai bangku panjang untuk tempat duduk. Saya juga menemukan bekas api unggun, tidak jauh dari lokasi bangku.Â
Di dekatnya area ini ada bangunan yang ternyata berfungsi sebagai penginapan (saya tahu dari tulisan di depan pintu bangunan). Sehingga saya menduga bahwa tempat ini terkadang mungkin difungsikan sebagai lokasi untuk retret.