Daerah Akita, maupun area tohoku secara umum, termasuk bagian penting dalam sejarah Jepang. Karena dari daerah ini lahir daimyo (samurai dengan kekuasaan melingkupi beberapa daerah) yang mempunyai banyak peran pada era sengoku (peperangan/perebutan kekuasaan) di Jepang. Misalnya saja kita mengenal Date Masamune, seorang daimyo dari Sendai.Â
Penyair era Edo bernama Matsuo Basho juga menulis buku "Oku no Hosomichi". Buku ini merupakan rangkuman dari cerita perjalanannya di daerah tohoku, dengan menyisipkan beberapa karya haiku yang terkenal sampai sekarang. Saya pernah napak tilas perjalanan Basho, di antaranya ke Yamadera dan Matsushima.
Saat menginjakkan kaki di Stasiun Akita, tidak ada kerumunan orang seperti biasa saya temui di Tokyo. Walaupun di sekitar stasiun kereta api ada juga beberapa pusat perbelanjaan dan hotel, mengingat Akita merupakan daerah tujuan wisata bagi turis domestik.
Hanya ada beberapa gerombolan anak sekolah bercanda gurau sepanjang jalan. Seperti kebanyakan anak sekolah, mereka tampak riang meskipun suhu udara masih agak dingin saat itu (padahal sudah bulan Mei).
Dari Stasiun Akita, Biara Seitai Hoshikai bisa dicapai dengan menggunakan bus maupun taksi. Untuk menghemat waktu (jadwal kedatangan bus amat jarang) dan untuk kepraktisan, maka saya menggunakan taksi. Hanya butuh sekitar 20 menit perjalanan untuk sampai di lokasi, dengan biaya sekitar 2500 yen.
Pemandangan hamparan rumput hijau dengan beberapa bunga kecil kuning yang tumbuh di halaman biara menyambut saya ketika tiba di sana.Â
Lokasi di mana biara berada memang agak tinggi, dan angin sejuk berembus membawa bau pepohonan yang banyak tumbuh di sekitar.Â
Bangunan utama dalam kompleks biara selesai dibangun pada tanggal 1 Mei 2002. Arsitektur bangunannya bisa kita temukan juga di kuil-kuil seantero Jepang.Â
Bentuk arsitektur seperti ini dalam bahasa Jepang disebut "irimoya-juusou". Di dalam bangunan inilah kita bisa menemui patung Maria yang menangis.
Di kompleks biara terdapat juga Taman Maria yang sudah dibuka terlebih dahulu pada tanggal 11 Oktober 1976. Di dekatnya, terdapat Taman Anak Domba, di mana kita bisa menemukan beberapa perhentian untuk prosesi jalan salib.Â