"Nah, terima kasih. Aku tidak lupa, kok. Hanya memastikan." Indi pun tersenyum.
"Oke, aku akan ceritakan soal mati listrik di episode terpisah saja. Lanjut ke kisah intinya."
Indi mulai melanjutkan ceritanya.
Hari itu, sebelum listrik mati. Salah satu dari pegawai pabrik itu sedang memindahkan sisa-sisa coklat ke tempat yang lebih kecil. Coklat sisa adonan meises inilah yang sering dijadikan bahan permen coklat aneka bentuk yang dijual di kantin sekolah-sekolah.
"Untuk dibilang sisa, sebenarnya jumlah coklat itu terlalu banyak. Aku lupa harus menyebut nama tempatnya apa? Anggap saja kuali besar?" lanjut Indi setelah menjeda ceritanya sebentar.
Pegawai perempuan itu baru selesai memakai sarung tangan. Lalu, mengatur agar mesin itu hanya mengaduk pelan agar coklat tidak kembali mengeras.
Ctak! Seisi pabrik itu seketika gelap. Listrik padam, mesin itu pun mati dan tidak lagi mengaduk coklat sesuai dengan yang semestinya.
"Aduh! Mati lampu lagi, kapan pulangnya kita kalo gini?" ujar salah satu pegawai yang sebelumnya sedang menyapu.
"Iya, nih. Anto kamu nyapu dekat generator listrik, kan? Kita pakai itu saja sebentar," kata Susan, pegawai lain yang sedang mengepel lantai di bagian lain pabrik.
Sedangkan Sinta, meskipun dalam gelap ia tetap memindahkan sisa adonan coklat. Karena takut coklat itu akan memadat lebih cepat jika tidak di aduk.
Bruk!