Tak ada jawaban, Indi membuka pintu itu lebih lebar lagi. Angin menerpa seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah. Tercium bau khas coklat dan juga anyir darah. Uh, coba bayangkan saja dua bau itu disatukan. Mungkin akan langsung muntah?
"Kenapa datang kemari?" tanya Indi pada ruang hampa di depannya.
Tidak tampak takut sedikit pun, tidak berkeringat dingin. Apalagi terbata-bata ketika berkata demikian. Indi tampak seperti sedang berbicara dengan manusia lain.
"Te-terima ... kasih, hi ...hi ...hi ...." suara seorang perempuan terdengar di live stream itu, tidak lupa suara tawanya.
Jelas sudah, itu bukan suara Indi. Namun, suara sosok yang datang ke rumah Indi. Ah, iya. Indi lebih suka menyebutnya 'seseorang'.
"Apa kalian mendengar ucapan terima kasih tadi? Dia adalah seseorang yang memiliki kisah yang akan kuceritakan di episode ini." Indi membiarkan pintu itu terbuka dan kembali ke meja kerjanya.
"Ah, maaf. Sepertinya aku lupa apa yang terakhir kali aku katakan, bisa bantu aku lewat kolom komentar? Sekalian memeriksa apa penonton live stream-ku hari ini benar-benar menyimak?" ujar Indi kemudian mengambil permen dari laci meja kerjanya itu lalu memakannya.
'Rahasia dibalik mengapa menyeramkan jika menunggu listrik kembali menyala.'Â
'Sudahlah, buat part video lain saja untuk itu. Langsung ke cerita Pabriknya saja!'Â
'Bagaimana ini, apa Indi kelelahan? Bagaimana bisa lupa apa yang telah ia ucapkan?' Â Â
Tiga komentar teratas yang telah Indi baca.