(KH. 18. 08. 13)
https://www.facebook.com/notes/kotak-hitam/hikayat-ketonggeng-di-senja-hari/572234352822476
Air mataku menitik perlahan ketika selesai kubaca sebuah puisi tentang hikayat Ketonggeng disenja hari. Walaupun aku tak faham maksud dari puisi itu, tapi puisi ini mengingatkanku akan kisahku. Mungkin juga perasaan ini muncul karena sisi melankolisku sedang tersentuh dengan iringan musik Maksim-CroatianRhapsody yang kuputar. Ahh .. suasana ini sangat mendukung, langit senja yang terlihat berwarna orange marun dengan semilir angin yang membuat gorden tipis beranda kamarku tersibak. Senja yang sempurna, sangat sempurna untuk membuatku tenggelam dalam kisahku.
Pertama kali aku mengenalnya di sebuah organisasi kampus, dia seniorku. Kesan pertamaku padanya adalah “mahluk aneh”, kakak ini sangat aneh, saat kita ngobrol santai membicarakan tentang organisasi ataupun ngobrol ngarul ngidul antara junior senior, kakak ini begitu pendiam dan kaku. Anehnya ketika dia ngomong, aku tak begitu faham apa yang kakak ini bicarakan, serasa mendengar bahasa alien. Mungkin karena dari kosakata yang dia pilih ataupun gaya bicara yang dia pilih. Tapi yang lebih aneh lagi, semua senior-senior cowok suka mengikuti gaya bicara kakak ini. Satu hal yang membuatku tak habis fikir keanehan yang lebih aneh dari semua hal aneh itu, saat pengenalan struktur organisasi, kakak ini tetua di organisasi.
Tidak mau ambil pusing tentang itu, akupun memilih lebih bergaul pada yang lainnya dan melakukan tugas-tugasku di organisasi. Hingga suatu saat dalam ketermenunganku memikirkan masalah-masalahku di kuliah dan banyak hal di teras gedung Ormas (organisasi mahasiswa), kakak aneh ini datang.
“ada apa denganmu ..” kakak aneh itu duduk disampingku sambil menyanyi
“aku baik baik saja ..” aku menjawab dengan bernyanyi juga tanpa menoleh
“jangan-jangan ada masalah yang lain ..” kakak itu mempelesetkan lirik lagu 3 Composer-Salah Sangka sambil tetap bernyanyi