Mohon tunggu...
Sylvia Octavianti
Sylvia Octavianti Mohon Tunggu... Guru - Guru Pebisnis dan Content Creator

Beauty, Brain, Behaviour, & Fabulous

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hikayat Ketonggeng di Senja Hari

3 November 2014   17:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:48 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

..............

Tetapi ayah harus bilang ketonggeng mati

Jasadnya jatuh

Di batu - batu

Mungkin ingin jadi Adam

Tapi Ibu tertawa

Ketonggeng tidak punya Hawa

.............

Disinilah diriku sekarang sedang memandang senja yang berselimut awan merah. Ketonggeng itu harus mati, cinta itu harus mati, cita-cita itu harus mati. Mungkin Ketonggeng itu ingin jadi Adam, tetapi Ketonggeng tidak punya Hawa . Mungkin cinta dan cita itu bisa terus dipertahankan, tetapi cinta dan cita itu tidak memiliki daya dihadapan takdir. Kuliahku tidak kuteruskan, cintaku ku kubur dalam-dalam. Sebagai anak tertua, aku memiliki beban yang lebih besar untuk keluargaku. Untungnya aku dianugerahi paras rupawan yang membuat lelaki tertarik padaku. Pernikahan itu sudah diatur, masa depan itu sudah disediakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun