Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Perempuan Penyala] Srikandi Penebar Cahaya dalam Catatan Warga Biasa

11 Agustus 2016   08:35 Diperbarui: 11 Agustus 2016   20:36 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

- [caption caption="Ilustrasi By @SheQuates"][/caption]

※ 

Indonesia adalah tempat di mana para Srikandi bertumbuh dengan segala keistimewaan yang mereka miliki. Perempuan Indonesia sangat hebat dan tangguh, serta mempunyai peran besar dalam keluarga, lingkungan dan untuk negaranya. Perempuan Indonesia memiliki semangat dan harapan sangat tinggi untuk mendobrak segala ketidakmampuannya.

Di Kompasiana, tersaji potret para perempuan penyala mereka yang tak hanya menebar manfaat untuk diri sendiri tapi juga untuk masyarakat dan lingkungan sekitarnya, ada yang harumkan nama Indonesia karena prestasi, ada pula yang dalam keterbatasan justru menolak membatasi diri. Sejumlah warga biasa merunut kiprah dan kisah mereka dalam catatan kata-kata, sebagian di antaranya, inilah intisarinya:

1.Saat Wiwit Sang Relawan Muda, Berbagi Asa untuk Sesama

Bagi Widyaningsih Budihartanti hidup hanya sekali, maka hidup haruslah berarti, Menjadi relawan baginya bukan sekedar ikut-ikutan atau gagah-gagahan, karena ternyata Wiwit sudah menekuni kegiatan sejak tahun 2012 dan kini telah mengakar serta mendarah daging baginya.

Perempuan 28 tahun yang biasa disapa Wiwit itu mengejawantahkan semangat perempuan Indonesia dengan bergumul dalam misi kemanusiaan dan berani meninggalkan kebiasaan-kebiasaan perempuan seusianya yang asyik dengan dunianya sendiri.

Ia terjun bahu membahu bersama relawan lainnya menembus sulitnya infrastruktur jalan di wilayah Banten, menuju lokasi bencana atau menyusuri rumah-rumah penduduk yang membutuhkan advokasinya.

"Tidak tampak gurat kelelahan di wajahnya, walau ia harus bulak-balik mengangkut barang bantuan dan menumpuknya di posko bantuan. Sesekali ia mengusap peluh yang hinggap di wajahnya yang terlihat bersih dan tetap memperlihatkan aura kecantikan seorang wanita."

Itulah Kesan yang didapat Tubagus Encep ketika Pada Mei 2015 silam ia berkesempatan mengikuti seharian penuh ketika Wiwit menjalankan aktivitas sosialnya. Mulai dari RSUD Banten hingga base camp relawan

"Bersama perempuan murah senyum tersebut sungguh adalah sebuah kebahagiaan yang luar biasa". Papar Encep.

Mengikuti Wiwit menuju salah satu base camp relawan Banten untuk wawancara menggali sepak terjang aktifitasnya, terungkap bahwa dukungan penuh orang tua Wiwit pada kegiatan sosialnya menjadi amunisi kuat dalam menjalankan tugasnya sebagai pegiat sosial.

Saat korban banjir yang menerjang jalur tol pada tahun 2012 lalu dan berimbas pada penduduk sekitarnya, Wiwit merasakan kehadiran kedua orang tuanya yang menengok dan terjun membantu sangat menguatkan semangat juang Wiwit. Ungkap Wiwit Kepada Encep.

Bergabung dengan Yayasan Bhumi Selaras yang beralamat di Jln. RH. Joenoeos Soemantri No. 4 /20 Tembong, Serang sekaligus yang menaungi aktivitas sosialnya, Wiwit bahu membahu bersama relawan muda Banten berjuang menembus jauhnya perjalanan menuju lokasi musibah. Dalam aktivitas sosialnya sehari-hari, Wiwit tak sungkan ataupun malu menjajakan aneka kaos, asesoris dan pernak-pernik remaja dalam rangka mendapatkan dana yang kemudian hasilnya dipergunakan untuk kepada mereka yang membutuhkan.

Di lain waktu perempuan muda tersebut tampak menurunkan beberapa dus mie instant, air mineral dan kebutuhan pokok lainnya dari sebuah mobil pick-up terbuka dan membagikannya pada masyarakat yang membutuhkan.

Dapat menyaksikan perempuan cantik tersebut demikian tulusnya mengabdikan hari-harinya untuk orang lain, telah menampar sisi sosial Encep yang menurutnya terabaikan selama ini.

[caption caption="Wiwit Relawan muda dari Banten Foto: Tubagus Encep)"]

[/caption]

"Wiwit potret perempuan cantik luar dalam", kenang Encep.

Artikel yang menggugah, untuk kiprah Wiwit selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.

2. Aulia Siska, Odapus yang Tak Akan Pupus Karena Lupus

Menulis bagi Siska adalah upaya menolak menyerah menantang batas, Triana Dewi pertama kali bertemu dengan Aulia Siska di sebuah seminar kepenulisan di Lamongan, kesan lincah dan periang yang pertama kali didapat Triana dari sosok Siska membuatnya tertaeik untuk bergabung dengan komunitas menulis yang diaaus Siska, sekaligus menggali informasi lebih dalam tentang Siska.

Aulia Siska demikian nama lengkap Siska. Wanita kelahiran Jembrana Bali ini, memang sudah aktif menulis sejak kecil, sudah banyak puisi dan cerpen yang mbak Siska ciptakan bahkan beberapa kali mendapatkan penghargaan. Kuliahnya di jurusan Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang membuatnya semakin mumpuni berkiprah di dunia jurnalistik. Siska pernah bekerja di Harian Nusa di Bali,menjadi Kepala Biro di tabloid Delta Pos, bahkan sempat menjadi Team Kreatif dan Redaktur Citra TV, televisi lokal di kota, Lamongan. Jelas Triana.

Tak disangka ternyata dibalik keaktifan dan kelincahannya itu, Siska adalah seorang ODAPUS, Orang dengan Lupus, yaitu orang yang menderita penyakit Lupus.

Sejak divonis mengidap penyakit Lupus maka Siska memutuskan untuk mencari tahu apa itu Lupus. Siska justru semakin penasaran dengan penyakit yang satu ini. Akhirnya karena sering berobat, sering bertemu dengan para penderita Lupus di rumah sakit, sering sharing tentang permasalahan masing-masing, kemudian, Siska mengajak mereka mendirikan sebuah komunitas ODAPUS di Lamongan. Tujuannya adalah agar mereka bisa saling menyemangati. Sejak itu berdirilah GRAHA KUPU LAMONGAN yang tempatnya ada di rumah Siska. [caption caption="Aulua Siska Odapus dengan semangat menolak menyerah foto: Dok Triana Dewi)"]

[/caption]

Memakai nama Kupu karena pada tahap lanjut penyakit Lupus ini akan ada bercak merah berbentuk seperti kupu-kupu (butterfly rush). Berdirinya Graha Kupu sebetulnya karena rasa keprihatianan Siska melihat teman-teman ODAPUS nya yang merasa seperti terbuang. Lanjut Triana.

Siska akhirnya mengajak teman-temannya untuk membuat sesuatu yang bisa menghasilkan uang. Karena sebagian besar mereka adalah perempuan, maka Siska memutuskan membuat kerajinan tangan yang mudah buat mereka dan bisa dijual. Berbekal browsing di you tube dan ikut beberapa pelatihan akhirnya mbak siska bisa menciptakan beberapa kreasi cantik dari berbagai macam bahan. Jadilah bros cantik dari beraneka bahan. [caption caption="Bross buatan Siska Dkk di yayasan Graha Kupu (Dok Triana Dewi)"]

[/caption]

Pada awalnya banyak orang dari kalangan Odapus sendiri yang meragukan ide Siska karena khawatir penyakit mereka tambah parah akibat kelelahan,

Untuk membuktikan bahwa Siska mampu tetap eksis dan berprestasi dengan penyakitnya itu, dan bahwa keberadaan mereka sebetulnya diakui, maka Siska rajin mengikuti lomba-lomba kerajinan tangan. Tidak sia-sia usahanya, pada tahun 2013 Siska berhasil meraih penghargaan LIFETIME ACHIEVEMENT yang diadakan oleh SYAMSI DHUHA FOUNDATION di Bandung. Kemenangannya ini membuktikan bahwa Siska tetap mampu berprestasi walaupun menderita penyakit Lupus. Pangkas Triana yang bangga bisa mengenal dan menulis tentang perempuan tangguh itu.

3. Dora, Pecatur Cilik yang Membanggakan

Usianya masih sangat belia, tetapi nama Theodora Paulina Walukow sudah mengukir prestasi dicabang olahraga catur, sampai mengharumkan nama Indonesia di Negeri Samba- Brazil.

Gadis cilik yang biasa disapa Dora tersebut adalah sulung dari 2 bersaudara kelahiran Jakarta 1 Agustus 2004. Kecintaan Dora pada catur sudah mulai terlihat saat ia duduk di bangku kelas 2 SD. Oleh papa dan mamanya ia lantas kemudian diikutkan dalam les privat catur. Pernah sekolah catur juga di sekolah Utut Adianto di Kelapa Gading. Urai Michael Sendow, dalam artikelnya.

Prestasinya di cabang olahraga Catur mulai terlihat sejak kecil. Sewaktu masih berada di kelas 5 SD St. Fransiskus 3 Jakarta Timur, ia bahkan sudah berhasil menjuarai O2SN Tingkat SD Tahun 2014 di nomor catur standar perorangan putri.

Nah, karena keberhasilannya menjadi juara di Brazil itu pulalah maka Theodora terpilih sebagai salah satu pelajar Indonesia berprestasi tahun 2015, dan diundang untuk ikut hadir di perayaan HUT RI Ke-70. Pecatur cilik ini juga sempat berdialog langsung dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, bulan Agustus 2015 yang lalu, Lanjut Michael.

Menurut Dora saat bertanding di Brazil itu lawan yang ia rasa paling berat adalah yang dari India, sedangkan yang paling ringan adalah lawan dari Inggris.

Prestasi Dora tentu saja membuka mata negara-negara gudang pecatur lainnya, bahwa para pecatur cilik Indonesia tidak kalah hebat dibanding mereka. Pangkas Michael yang ikut bangga sebagai tetangga gadis cilik itu.[caption caption="Dora saat penerimaan juara lomba catur di berazil (Dok Kompasiana Akun Michael Sendow)"]

[/caption]

4. Nila Tanzil Menginspirasi dengan Menebar Pelangi di Indonesia Timur

Mungkin bagi Anda yang gemar trevelling sudah tak asing dengan sosok Nila Tanzil. Sosok wanita satu ini sudah banyak dikenal. Wanita kelahiran 29 april, 41 tahun silam ini memang dikenal sebagai wanita yang hoby berpetualang juga traveling.

Tetapi bukan itu yang membuatnya istimewa, perempuan cantik ini konsisten dalam aktivitas sosialnya di dunia pendidikan di daerah tertinggal. Papar Rachmah Dewi dalam artikelnya. Nila Tanzil adalah perintis Taman Bacaan Pelangi di wilayah Indonesia Bagian Timur sejak tahun 2009. 

[caption caption="Nila Tanzil dan buku-buku (Foto Dok Rachmah Dewi)"]

[/caption]

Apa Itu Taman Bacaan Pelangi?

Taman Bacaan Pelangi (Rainbow Reading Gardens) adalah sebuah organisasi nirlaba yang berfokus untuk mendirikan perpustakaan anak-anak serta menyediakan akses buku bacaan untuk anak-anak yang tinggal di daerah-daerah terpencil di Indonesia Timur.

Nila menuturkan kepada Dewi bahwa awalnya, beliau membuat Taman Bacaan Pelangi ini bekerjasama dengan kepala desa mendirikan taman bacaan pertama di desa Roe dengan hanya 200 buku. Namun saat ini, dengan bantuan para donatur dan relawan, sudah ada lebih dari 3000 buku yang tersedia untuk anak-anak di Desa Roe.

Tujuan didirikanya Taman Bacaan Pelangi untuk menumbuhkan minat baca anak-anak, mengembangkan kebiasaan membaca anak sejak usia dini dan menyediakan akses buku untuk anak-anak daerah pelosok di Indonesia Timur. Sampai saat ini, Taman Bacaan Pelangi sudah tersebar di 14 pulau di wilayah Indonesia bagian timur dengan total keseluruhan Taman Bacaan Pelangi mencapai 37 buah.

Kepedulian Nila terhadap dunia perpustakaan sebenarnya berawal dari Hobi. Hobi jalan-jalan, sebelumnya, Nila menjabat sebagai seorang kepala komunikasi di salah satu perusahaan swasta. Demi menekuni hobby traveling nya tersebut, beliau rela melepaskan jabatan tinggi nya itu. Dan berawal dari hobby nya tersebut, beliau sempat menetap selama satu tahun di pulau Komodo dengan tujuan meninggalkan rasa penat dengan kehidupan di perkotaan.

Wanita yang pernah mengenyam pendidikan pasca sarjana di negeri Belanda ini akhirnya menemukan minat tersembunyinya. Beliau mengamati kehidupan anak-anak di sekitar pulau dan beliau tertarik untuk memberikan edukasi bagi anak-anak tersebut lewat membuka Taman Bacaan Pelangi.

Atas usahanya yang konsisten sampai saat ini, Nila telah meraih beberapa penghargaan di antaranya: Tupperware SheCan! Award di tahun 2011, Indonesia’s Inspiring Youth and Women Award di tahun 2012, Serta Kartini Next Generation Awards di tahun 2013.

"Saya mengenal Nila sebagai wanita yang menghidupi hidupnya". Pangkas Dewi.
Artikel yang sarat semangat dan inspirasi.

**
Tak sekedar cantik di mata, sejumlah perempuan tersebut juga begitu istimewa karena semangatnya untuk berbagi, berprestasi dan berdaya. Tak hanya bagi diri sendiri, tapi mereka juga telah berbuat sesuatu untuk masyarakat, lingkungan dan negaranya Jadi siapa bilang wanita biasa tak bisa hebat?

Mereka adalah sebagian kecil bukti dari besarnya semangat perempuan Indonesia.

**
Itulah sebagian intisari potret perempuan penyala dalam ragam cerita yang tertulis di Kompasiana, semoga bermanfaat!

Salam Kompasiana!
*Penulis masih belajar mohon koreksinya :)
*Tulisan sejenis lainnya bisa dibaca dalam tag Intisari.

 

 

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun