Melihat bagaimana keadaan sekitar yang sudah berubah, mereka banyak menghancurkan apa yang dibuat untuk mereka. Seringnya terjadi longsor dan banjir karena serakahnya mereka.
Apalagi punahnya si gemas Owa Jawa, mereka adalah makhluk yang merasa dihantui tanpa memiliki kesalahan. Anak Owa yang direnggut dari sang induk dengan cara dibunuh oleh manusia, hanya demi keinginannya.
Apa yang mereka ambil dari Bumi adalah satu peran ekosistem penting untuk Bumi. Maka berfikirlah sebelum bertindak.
Setelah berbincang kami tidur lebih awal untuk melanjutkan perjalanan di dini hari memburu sunrise.
Esok harinya, kami langsung mengemasi tempat tenda dan membersihkan area tenda kami. Saya dan Aza juga tidak lupa untuk menyiapkan kamera dan alat tulis. Karena kami ingin mengambil momen.
Mulailah kami mendaki dari pos 5 menuju pos 6. Di sana jalan mulai sangat menantang, kami para perempuan cukup sulit untuk melewati trek 6.
Tapi kami tidak putus asa untuk momen matahari terbit ini. Kami juga memutuskan untuk tidak mengambil istirahat, setelah dari pos 6 kami langsung melanjutkan ke pos 7. Tempat dimana sunrise terlihat jelas.
Ketika kaki saya mulai menapak ke puncak atau pos 7 saya merasakan hangat sinar matahari dari timur.
Dengan pemandangan yang menakjubkan, saya dan teman-teman tersenyum lebar. Hangat mentari ini seperti, perjuangan kami mencapai ke puncak.Â
Di situlah kami disambut dengan suara Owa Jawa, mereka bersahutan terdengar seakan menyampaikan bahwa waktu sudah menunjukan pagi hari. Kami sangat terharu mengingat perjuangan kami mencapai di puncak.
Setelah menikmati mentari yang terbit, kami turun ke bawah. Kami kembali pergi untuk mencari sekawan Owa Jawa untuk berpamitan.