Jadi, ingatlah bahwa berumahtangga adalah ibadah kolektif yang membutuhkan partisipasi baik imam dan makmun, tanpa mengharapkan apapun kecuali ridho dari-Nya.
Terakhir, jangan pula tuntut pria untuk mapan dalam mencari nafkah, jika sang wanita tidak siap mengatur nafkah tersebut.
Oke, isu ekonomi, nafkah, dan keuangan memang sering menjadi isu sensitif. Banyak sekali wanita yang memang masih mengukur pria dari kemapanan dan kesiapan materinya jika menyoal pernikahan.
Seorang pria muda memang tidak harus kaya, tapi minimal ia perlu punya kesiapan finansial untuk menjamin masa depan keluarganya nanti. Misalnya, ia sudah bekerja meski gajinya kecil, punya usaha sendiri meski masih merintis, atau berpendidikan tinggi sehingga tidak sulit mendapat pekerjaan.
Tuntutan seperti itu sah-sah saja. Di kalangan pria sendiri, mereka sudah sadar bahwa kemapanan materi mereka memang harus disiapkan jika memang benar-benar ingin membina keluarga. Semua pria (yang memang dewasa) pasti paham benar kok tuntutan seperti itu. Jadi tidak mungkin mereka akan berkata:
“Ih cewek matre banget yak! Gak mau nikah ama gue karena gue masih miskin dan masih makan pake duit orang tua gue!”