Lha iya dong, punya rumah juga berdua, makan semeja, tidur sekasur, mandi segayung, hidup bersama, apa iya masih ada harta yang perlu disimpan sendiri dan tidak dibagi bersama? Bahkan sekalipun kedua pihak sama-sama sah saja memiliki kepemilikan pribadi, tapi seorang laki-laki dewasa pasti akan memprioritaskan untuk mengurus apa yang memang menjadi milik kalian bersama.
Â
Dalam mengambil keputusan pun, tidak jarang seorang pria harus bisa mendahulukan kepentingan bersama ketimbang kepentingan pribadinya sendiri. Jika ia dihadapkan pada pilihan, akan memilih tinggal di rumah yang dekat orang tuanya atau dekat dengan orang tua istrinya, dan ia tahu orang tua istrinya sedang sakit-sakitan, tentu ia akan memilih untuk tinggal di dekat orang tua istrinya.
Â
Kendati ia ingin sekali hidup dekat dengan orang tuanya sendiri, tapi ia sadar betul orang tua istrinya lebih membutuhkan keberadaan anak mereka yang telah ia pinang. Itulah sikap seorang pria dewasa yang tidak egois.
Â
Nah, tapi kemudian bagaimana dengan si wanita? Jika sang pria, sang suami, telah bersikap dewasa, bagaimanakah seharusnya sikap sang wanita?
Â
Yap, tentu saja sang wanita harus juga bisa siap bertumbuh dalam kedewasaan sang pria. Sang wanita tentu harus siap mengikuti arahan imamnya dalam menjalani kehidupan bersama. Sang wanita harus sadar bahwa suaminya telah mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan kalian bersama. Maka itu, sang istri pun wajib untuk membuat pengorbanan yang sama, dan siap untuk menempuh segala kesulitan bersama suaminya.
Â
Hampir tidak bisa dibayangkan jika sang pria sudah susah-susah berkorban demi kepentingan bersama, namun sang wanita tetap saja memiliki ego. Sebentar-sebentar marah dan kecewa, di lain waktu manja minta dibelikan ini-itu dan minta diantar ke sana-sini, besoknya sedih karena merasa tidak dimengerti, minggu depan minta mempekerjakan babysitter untuk mengurus anak, bulan depan minta uang buat belanja batu akik. Duh!