Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Para Penyusup

8 November 2020   16:41 Diperbarui: 8 November 2020   16:49 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lemparan semakin banyak. Bukan hanya telur yang dilempar, tomat dan buah pace busuk ikut dilemparkan. Lama-lama ada beberapa batu yang juga ikut melayang. Dalam kondiisi yang rusuh, sudah sulit untuk mengetahui dari mana lemparan itu muncul. Saat aparat mulai terbakar emosinya, mereka segera maju dan melakukan langkah represi untuk membubarkan massa. Pukulan pentungan dan beberapa batu yang dilemparkan kembali ke arah demonstran, membuat barisan demontrasi kocar-kacir menyelematkan diri.

***

Kesokan harinya. Tiga orang yang sedang asik di warung makan sederhana dekat batas kota. Panji, Sawung dan Seno tengah asik sarapan.

"Sudah baca koran hari ini?" Panji dengan pelan menghisap rokok setelah selesai makan.

"Kenapa?" Sawung menyahut pendek.

"Kasihan juga para mahasiswa itu. Padahal mereka menyuarakan keresahan masyarakat. Tapi justru diberitakan sebagai rombongan liar yang suka berbuat anarkis." Panji menyeruput teh hangat yang tinggal separo.

"Terus yang mestinya disalahkan siapa? Polisinya?" Sawung masih menanggapi dengan malas.

"Ya bukanlah. Yang  jelas salah itu ya yang menaikkan harga minyak itu. Ditambah lagi, para anggota dewan yang sok terhormat itu, ga mau menemui para demonstran, jan juga..." Dengan gaya seperti orator, Panji mengacung-acungkan rokoknya ke depan dan ke belakang. Tapi sebelum selesai dia bicara, Seno yang sejak tadi diam saja memotong cepat.

"Halah. Kalian itu. Sok nyalahkan orang. Tapi kalian suka kan kalo tiap hari pemerintah bikin salah, dan tiap hari orang berdemo?"

"Ha..ha..ha.. betul juga." Panji dan Sawung kompak tertawa.

Mereka tertawa bersama-sama. Meski terasa satir, toh kesusahan hidup mereka selalu bisa ditertawakan. Setelah selesai sarapan, mereka bersama-sama menuju perempatan Tugu Peringatan. Mereka seperti biasa membawa gerobak masing-masing. Panji, sebagai pimpinan  rombongan membawa gerobak berisi berbagai jenis minuman ringan, sementara Sawung membawa gerobak berisi kacang, kedelai, jagung dan juga ketela rebus. Sedangkan Seno membawa gerobak berisi jamu tradisional beras kencur dan kunir asem yang sudah siap saji. Tentu saja juga menyediakan es serut sebagai penyegar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun