Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Para Penyusup

8 November 2020   16:41 Diperbarui: 8 November 2020   16:49 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah puas berkelakar tentang untung rugi yang sering mereka peroleh, dan juga tentang beberapa trik rahasia, orang yang bertopi minta pamit terlebih dahulu. Penjaga warung angkringan yang setengah ngantuk, terkaget saat seorang pelanggannya hendak membayar. Setelah membayar, orang itu langsung pergi dengan sangat biasa. Tidak ada orang akan curiga sedikitpun, bahwa ternyata dia menyimpan rencana tertentu. Dia langsung menuju rumah, mempersiapkan amunisi untuk besok.

***

"Wah, Ji, kali ini infomu sangat akurat. Hari ini kita pasti bisa untung besar."

"Tapi sayang No, mereka bukan demonstran bayaran."

"Iya, masak kita tega memanfaatkan mereka. "

"Ya, apa boleh buat. Ini sudah menjadi kerjaan kita. Tapi mungkin kali ini, memang jangan terlalu kejam." Panji dengan memakai topi, bergaya seorang pemimpin komplotan pengintai, memberikan beberapa instruksi teknis.

"Ingat! Kita harus jaga jarak. Saat mereka jalan, jangan sampai terlalu dekat. Kita mengikuti saja dari belakang seperti biasanya." Seno dan Sawung hanya tersenyum dan mengangguk paham. Kemudian mereka bertiga mulai mendekat ke tengah perempatan. Sawung lewat sebelah barat, Seno dari timur, sedangkan Panji Sang Pimpinan dari arah utara. Dengan profesional mereka mendekat tanpa menimbulkan kecugiaan sama sekali.

Sementara itu, rombongan dari utara yang sejak tadi ditunggu telah sampai. Dengan seragam biru-biru, mereka cukup dominan. Jumlah mereka paling banyak diantara warna-warna yang ada. Beberapa orang berkumpul dan berkoordinasi. Setelah ada kesepakatan, mereka mulai dengan berorasi. Tema sentral demo kali ini adalah menolak kenaikan harga minyak.

Hampir di semua kota terjadi demonstrasi. Apalagi di ibu kota. Hampir setiap hari ada saja demonstrasi yang dilakukan. Dari persoalan kritis seperti melambungnya harga minyak, sampai pada persoalan-persoalan sektarian seperti masalah hasil pilkada, atau karena partai barunya tidak masuk kualifikasi kontestan pemilu tahun depan. Ada demonstrasi yang murni karena kepentingan umum, ada yang ikut demo karena dibayar. Untuk membedakan ini, Panji, Sawung dan Seno sangat paham dan dengan mudah mereka bisa membedakannya. Terutama dari sepanduk dan seragam atau keaktifan peserta demo. Dan kelompok manapun yang berdemo, mereka selalu diuntungkan.

Tidak lama, demosntrasi di perempatan Tugu Peringatan itu dimulai. Seorang orator naik ke badan Tugu Peringatan yang agak tinggi, sehingga dia tampak dari kejauhan menyembul ditengah kerumunan. Megafon yang dipegang erat di tangan kirinya, nyaring memenuhi angkasa. Suaranya merasuk dalam sendi darah muda demonstran yang masih hangat. Perlahan darah muda itu seperti telah terbakar, suara yang keluar dari megaphone sudah tidak lagi kritik terhadap pemerintah, tapi sebaris hujatan kasar. Emosi massa sudah mulai memanas.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun