Konvensi para hantu telah mencapai satu kesepakatan. "Akan selalu menghantui manusia-manusia yang pengecut secara konsisten dan berkelanjutan." Aturan pelaksana teknis telah berhasil pula dirancang dan ditetapkan melalui undang-undang negeri hantu. Kepada Departemen Penghantuan juga telah menunjuk tiap Dinas Penghantuan di semua daerah untuk segera membuka lowongan bagi para hantu yang akan menjadi tenaga pelaksana di dilapangan.
Salah satu syarat mutlak bagi para hantu yang akan diterima adalah dia harus memiliki perawakan dan wajah yang menyeramkan. Setiap hantu yang nantinya akan lulus akan ditraining  militer selama satu semester, dan harus mau menandatangani kontrak kerja seumur hidup. Sebagai konpensasinya, mereka akan diberi gaji seumur hidup juga plus tunjangan keluarga.
Hari pertama pendaftaran dibuka, formulir sebanyak dua ribu lembar di masing-masing daearah ludes. Bahkan masih banyak ribuan hantu yang datang tapi sudah tidak kebagian.
Hari kedua adalah pengembalian formulir dengan dilengkapi biodata lengkap dan tentu saja foto close up seluruh dan setengah badan. Di luar dugaan, ternyata formulir yang kembali sebanyak 10.000 lembar!
Formulir yang dibagikan telah banyak dipalsukan dan panitia tidak memiliki alat canggih yang bisa mendeteksi kepalsuan formulir. Akhirnya panitia memutuskan semua formulir yang masuk dianggap asli dan semua berhak mengikuti ujian pemberkasan dan tes tertulis.
Dengan persaingan yang sangat ketat, di masing-masing daerah perwakilan telah terseleksi lima puluh hantu yang paling menyeramkan. Sebagian besar yang lolos dari kalangan gondoruwo, kemudian pocong, baru menyusul wewe dan sundal growong.
Satu semester masa pelatihan dimulai. Lima puluh hantu peserta dikarantina dalam sebuah hotel berbintang di ibu kota. Mereka dilatih ilmu kebal mantra, bela diri, tarik suara, dan tidak lupa belajar teater untuk memantapkan karakter yang berpengaruh pada daya magis secara psikologis. Satu materi tambahan yang terbaru dan baru pertama kali ada adalah pelatihan menggunakan make up. Pada awalnya sempat ditolak Dewan Hantu, tetapi karena alasan kepraktisan, akhirnya disetujui.
Para hantu terbaik akhirnya telah selesai menjalani masa training yang menegangkan. Pengalaman yang paling berkesan saat mereka diwawancarai media gosip para hantu adalah ketika simulasi. Seorang hantu menceritakan dengan semangat.
"Saya berdebar-debar saat harus muncul disela-sela kuburan di malam purnama sendirian. Aku bingung saat ada manusia lewat, apa yang harus saya lakukan? Saya akhirnya bersiul. Saat dia menatap kearah sya, aku segera memasang muka seram, seketika dia lari tunggang langgang. Ha..ha..haa.., saya puas sekali!"
Ternyata, meskipun para hantu lapangan sudah siap beraksi, namun instruksi dari kepala negara hantu untuk segera bergerak tidak kunjung turun. Usut punya usut, ternyata hantu-hantu dari wilayah barat negeri hantu mengajukan judicial review[1] undang-undang perhantuan, mereka menilai UU tersebut melanggar konstitusi negeri hantu, yaitu cita-cita luhur negeri hantu, serta prinsip nondiskriminasi. Saat ini sidang judicial review tengah berlangsung alot di Mahkamah Konstitusi negeri hantu.
"UU ini jelas melanggar konstitusi kita, makanya harus dibatalkan!" Perwakilan dari pemohon menyatakan dengan semangat.