Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penelitian Disertasi: Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan Berbasis Model CIPP, Apa Hasilnya?

18 September 2024   23:35 Diperbarui: 19 September 2024   08:35 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tata kelola yang baik memastikan bahwa organisasi dapat mengelola sumber daya secara lebih efisien, mengarahkan pada pengambilan keputusan yang tepat, dan meningkatkan hubungan di antara pemangku kepentingan. Lessambo (2014:3) menyebut, tata kelola sebagai kewajiban organisasi terhadap pelanggan, pemangku kepentingan, dan otoritas pengawas yang menjalankan fungsi untuk menetapkan aturan tentang bagaimana organisasi harus dikelola. Tata kelola harus menjawab, bagaimana tujuan organisasi akan dicapai? Bagaimana proses dijalankan? Dan bagaimana kinerja dioptimalkan sehingga dapat meningkatkan nilai dan kepercayaan publik terhadap organisasi.

Tata kelola akan terwujud apabila memiliki prinsip yang membangkitkan kepercayaan seperti akuntabiliitas, efektif, efisien, berorientasi, partisipasi, dan transparansi. Maka sistem tata kelola yang baik mencakup tata cara, mekanisme, dan prosedur yang baik dalam menyelenggarakan organisasi dan administratif berdasarkan prinsip-prinsip dan ukuran akuntabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan, transparan, efisien, efektif, dan atas dasar integritas (Appel-Meulenbroek, 2021).

Sebagai acuan, indikator-indikator tata kelola organisasi yang dapat menjadi acuan terdiri dari:1) transparansi, 2) partisipasi, 3) akuntabilitas, 4) koordinasi, 5) tanggung jawab, 6) kemandirian, dan 7) kesetaraan dan kewajaran (Noor dan Rahmatullah, 2020:82). Dengan demikian, akan terwujud tata kelola yang efektif,  partisipasi aktif dari masyarakat, profesional, dan transparan dalam bekerja.

Salah satu cara untuk mengetahui tingkatan tata kelola organisasi, dapat dilakukan taman bacaan masyarakat (TBM). TBM merupakan lembaga sosial yang menyediakan bahan bacaan dan layanan untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Kalida (2014:1) menegaskan masyarakat menaruh perhatian dan kepedulian terhadap Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai sarana untuk meningkatkan kegemaran membaca masyarakat. TBM sering diidentikkan dengan perpustakaan komunitas, dan hadir di tengah-tengah masyarakat merupakan wujud komitmen pengelola untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun generasi yang berkualitas melalui budaya membaca sesuai amanat UU No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai sumber belajar masyarakat memiliki kedudukan strategis dalam mengembangkan potensi masyarakat melalui aktivitas membaca. TBM memiliki beberapa fungsi, di antaranya: memasyarakatkan minat baca, mendorong pendidikan sepanjang hayat, dan membuka peluang untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Bolehlah TBM disebut sebagai sumber belajar yang mampu mendorong dan mempercepat terwujudnya masyarakat belajar (learning society). Yakni masyarakat yang gemar membaca, melek informasi, dan mampu meningkatkan daya saing di era kompetitif. 

TBM adalah tempat atau wadah yang didirikan dan dikelola oleh masyarakat dan pemerintah untuk memberikan akses pelayanan bahan bacaan kepada masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat (Buku Pedoman Penyelenggaran Taman Bacaan Masyarakat, 2006:9). 

Dalam konteks itulah, TBM memiliki peran strategis untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam rangka untuk mendorong dan menstimulasi masyarakat agar tumbuh dan meningkat minat dan motivasinya dalam membaca, sehingga tercipta masyarakat yang memiliki budaya membaca (reading society). Selain menjadi lembaga pembudayaan kegemaran membaca, TBM harus didukung oleh kemampuan tata kelola yang efektif dan efisien. Mengingat keberadaan TBM sangat penting, maka kemampuan, keterampilan dan kinerja pengelola TBM harus ditingkatkan dengan menjalankan praktik baik tata kelola taman bacaan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh tim dari Perpustakaan Nasional RI terhadap TBM (2010), mengungkapkan bahwa TBM itu merupakan sesuatu yang unik dan menarik. Dari studi tersebut, TBM memiliki daya tarik, terutama terhadap lima hal, yaitu: a) pelayanan yang ramah sehingga dapat menarik minat untuk memanfaatkan taman bacaan, b) bahan bacaan yang beragam, c) tempat sederhana yang membuat masyarakat lebih akrab, d) koleksi terus diperbaharui; dan e) bahan bacaan bersifat populer, tidak terlalu serius.

Jadi, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dapat dikatakan sebagai wadah yang didirikan dan dikelola oleh masyarakat sebagai satu langkah untuk memudahkan akses buku bacaan kepada masyarakat. Oleh karena itu, tata kelola dan program taman bacaan tidak boleh membosankan. Minat dan perilaku membaca seyogyanya dibuat menjadi lebih asyik dan menyenangkan. Siapapun yang berada di taman bacaan, harus punya rasa ikut memiliki (sense of belonging) dan ikut bertanggung jawab.

Program dan aktivitas taman bacaan harus asyik dan menyenangkan, itulah kata kuncinya. Maka TBM dapat menerapkan model edutainment, yang memadukan unsur education dan entertainment. Suatu proses pembelajaran yang didesain dengan memadukan antara muatan pendidikan dan hiburan secara harmonis sehingga aktivitas pembelajaran berlangsung menyenangkan (Hamruni, 2009:50). Pembelajaran edutainment sifatnya student center, yang menjadikan anak sebagai pelaku pembelajaran. TBM Edutainment, membuat pembaca merasa tidak sedang membaca, tetapi sedang melakukan kegiatan yang menyenangkan dan tetap mendapatkan suatu pembelajaran. Sesuai dengan spirit yang berbunyi: "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (QS. Al-Baqarah:185).

Efektif atau tidaknya tata kelola taman bacaan masyarakat, patut dilakukan evaluasi. Evaluasi untuk melakukan penilaian, proses untuk menemukan nilai layanan program sesuai dengan kebutuhan peserta atau pengguna layanannya. Cronbach, Stufflebeam, Alkin, dan Maclcolm yang dikutip Mesiono (2017:4) menyatakan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar  tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih. Evaluasi adalah proses menentukan sejauh mana tujuan tercapai. Tidak hanya terkait penilaian prestasi tetapi juga upaya peningkatannya (Aziz. S, Mahmood. dan M, Rehman. Z., 2018:190).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun