Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Ada Air Mata Terakhir Untuk Ibu (In Memoriam Ibu Taty Raenawati)

6 Juni 2017   00:56 Diperbarui: 7 Juni 2017   00:43 11257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak Ada Air Mata Terakhir Untuk Ibu (In Memoriam Ibu Taty Raenawati)

Ibu kita boleh “pergi” menghadap Ilahi Rabbi. Ibu kita boleh “tiada” dan terbujur di liang lahat. Tapi sungguh, itu bukan tanda “air mata terakhir” untuk IBU.

Tak Ada Air Mata Terakhir Untuk Ibu (In Memoriam Ibu Taty Raenawati)
Tak Ada Air Mata Terakhir Untuk Ibu (In Memoriam Ibu Taty Raenawati)
Inilah keadaan yang saya rasakan sekarang.

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke rahmatullah Ibu Taty Raenawati binti Raenan pada Kamis, 1 Juni 2017 (6 Ramadhan 1438H) pukul 15.14 WIB saat adzan Ashar. Di hari ke-6 bulan puasa tahun 2017 ini, di usia yang ke-69 tahun. Insya Allah, almarhumah meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah, dalam keadaan diampuni dosa dan salahnya. Karena memang di bulan Ramadhan, di bulan yang penuh maghfirah dan barokah dari Allah SWT, amiin.

Hari itu, saat Ibu meninggal dunia.

Tumpah memang air mata saya tatkala melihat jenazah Ibu di ruang tamu rumah. Pecah, bak ombak memecah lautan. Menyaksikan sosok perempuan senja terbujur kaku di atas dipan. Berselimutkan kain, bertudungkan songket putih di muka. Sepertinya hendak berkata, “Anak-anakku, Ibu pergi duluan ya menghadap Allah” …

Memang semua sudah menjadi takdir Allah SWT. Tapi, tak akan ada air mata terakhir untuk Ibu.

Hari itu, saat Ibu meninggal dunia.

Hawa sore hari jelang berbuka puasa seakan mendung. Adem seperti dedaunan yang tersapu angin sepoi-sepoi. Ketika jenazah Ibu terbaring, ditemani lantunan surat Yasin para petakziyah. Ketika jenazah, menatap bisu tangis dan derai air mata anak-anak, kerabat dan handai taulan. Terselip selembar kertas bertuliskan nama Ibu, usia dan waktu meninggal dunia. Dalam keheningan doa, seakan ada suara yang berkata, “Inilah akhir perjuangan Ibu melawan sakit selama 20 tahun lamanya. Semoga Allah ridho dan mengampuni semua dosa dan kesalahannnya semasa hidupnya” …

Isak tangis pun masih berlanjut. Namun, tak akan ada air mata terakhir untuk Ibu.

Hari itu, saat Ibu meninggal dunia.

Ibu masih memberi pelajaran berharga pada anak-anaknya. IBU MEMULAI SAKITNYA DI MASJID. DAN IBU BERANGKAT KE KUBUR PUN DARI MASJID. Tepatnya 20 tahun lalu, Desember 1997, Ibu mengalami serangan stroke pertama kali dan tersandar di dinding tembok Masjid Darul Ulum KPAD Cibubur. Sakit itu dimulai di sini. Lalu sehari setelah wafat, Jumat 2 Juni 2017, jenazah Ibu Taty Raenawaty binti Raenan kembali bersemayam di Masjid Darul Ulum KPAD Cibubur untuk disholatkan seusai Sholat Jumat. Lalu, berangkat menuju tempat peristirahatan terakhir di TPU Munjul dari Masjid. Dalam balutan keranda jenazah dan berselimutkan kain hijau, seakan kami ingin berkata, “TERIMA KASIH IBU atas semua didikan dan restumu. Selamat Jalan IBU, semoga husnul khotimah menaungi Ibu di sisi Allah” ….

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun