Semoga bukan hanya saya yang melihat bahwa dengan adanya AFTA, kita memiliki banyak kesempatan untuk meningkatkan ekspor milik kita, mengimbangkannya bahkan melebihkannya dari tingkat impor kita.
Indonesia selama ini merupakan negara pengimpor, Indonesia mengimpor berbagai hal mulai dari automototif hingga berbagai bahan material, dan meski hal tersebut menimbulkan banyak penurunan nilai terhadap mata uang kita, bagi saya jujur hal tersebut tidak akan lagi jadi masalah...
Selama Indonesia memiliki segala hal yang diperlukan untuk mengubah barang baku/material yang diimpornya untuk dijadikan barang jadi bernilai tinggi guna di ekspor ke negara lain, AFTA 2015 ini justru merupakan sebuah berkah.
Benar, bagi saya, AFTA 2015 ini merupakan celah dimana kita bisa meningkatkan perekonomian kita. Strategi penanggulangan AFTA 2015 sekaligus salah satu strategi untuk meningkatkan stabilitas perekonomian kita seharusnya difokuskan lebih pada peningkatan ekspor daripada pengurangan impor.
Harga barang baku yang lebih murah yang disebabkan oleh AFTA seharusnya dimanfaatkan oleh pengusaha negeri ini sebagai momentum untuk meraih keuntungan lebih tinggi dari ekspor barang-barang dengan perceived value tinggi kita ke negara-negara lain.
Contoh konkret dari hal ini mungkin salah satunya adalah industri mebel dan furniture. Indonesia merupakan salah satu negara pembuat dan peng-ekspor furniture rotan dan kayu paling terkenal di dunia.
[caption id="attachment_393291" align="alignnone" width="521" caption="Contoh produk rotan Indonesia dari PT. Wirasindo Santakarya"]
Ada ciri khas dalam furniture buatan Indonesia, beberapa di antaranya adalah nuansa eksotis yang dimilikinya, seni yang terdapat di tiap desain produknya, dan nilai elegan yang terdapat dalam tiap ukirannya.
[caption id="attachment_393292" align="alignnone" width="521" caption="Contoh lain keelokan furniture rotan Indonesia."]
[caption id="attachment_393293" align="alignnone" width="521" caption="Furniture rotan elegan dari Indonesia."]
Dan tentu, untuk membuat furniture, perusahaan manufaktur furniture butuh lebih dari sekedar kayu dan rotan. Pembuatan furniture juga membutuhkan lem, cat, kulit, busa, pelitur, dan lain sebagainya yang diperlukan dalam proses produksinya.