Mohon tunggu...
Syamsidar Sammy
Syamsidar Sammy Mohon Tunggu... Guru - Freelancer

Pernah bekerja di organisasi lingkungan hidup dan hingga kini menaruh perhatian pada isu-isu lingkungan, dan senang menulis meskipun untuk konsumsi pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bona Berbelalai Panjang Tapi Tak Seindah Dulu

15 Desember 2024   06:18 Diperbarui: 15 Desember 2024   07:20 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belalai Bona bertransformasi menjadi berbagai fungsi, bisa jadi perahu untuk menyebrang melintasi sungai, menjadi tangga untuk sahabatnya naik ke pohon, menarik sesuatu yang berat, menyiram tanaman dan banyak lagi. Selalu ada solusi dari Bona dengan bantuan belalainya dan keceriaan yang dihadirkannya.

Kini Bona-Bona tidak lagi seimut gambaran itu. Gajah-gajah kesulitan mencari makanan di habitatnya karena hutan yang kaya akan keanekaragaman hayati (kehati) telah berubah menjadi kebun sawit dan akasia, pemukiman bahkan lengkap dengan berbagai fasilitas umum. Mereka bertahan dalam ruang sempit yang terfragmentasi padahal sejatinya gajah memiliki daerah jelajah yang luas. Satu hari gajah dapat menjelajah sekitar 20 km.

Dalam penjelajahan, mereka memerlukan asupan makanan karena itu sepanjang lintasan yang dilewati mereka mematahkan ranting-ranting atau memakan rumput-rumputan, mengupas batang-batang pohon, meraih buah-buahan, menyedot dan menyemburkan air ke tubuhnya, berjalan beriringan dalam kelompok yang bisa mencapai 50 ekor atau lebih.

Menyemburkan air yang ditemuinya untuk mendinginkan tubuhnya, berenang dan berguling-guling di pinggiran sungai. Namun kini pemandangan seperti itu sulit ditemui.

Gajah dihalau dengan mercon, dilempari dengan obor, ditembaki dengan meriam dengan tak tentu arah. Gajah pun panik, berlari namun tidak ada tempat bersembunyi, rombongan pun terpisah dan semakin panik karena anak-anak mereka terpisah dari induknya.

Dalam situasi ini mereka merusak beberapa bagian lahan perkebunan masyarakat atau perusahaan tetapi mereka sebenarnya melintasi daerah jelajah mereka.

Tidak mau menanggung kerugian, manusia pun melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi masuknya gajah ke lahan mereka dari membuat parit gajah, pagar listrik, atau melakukan penjagaan dan pengusiran. Upaya ini sangat baik jika dilakukan sesuai dengan prosedur yang aman bagi gajah dan manusia.

Namun sesuai prinsip ekonomi, mendapatkan hasil sebesar-besarnya dengan biaya sekecil-kecilnya maka seringkali penanganan tersebut tidak sesuai dan justru membahayakan gajah.

Kepentingan gajah sering diabaikan karena tidak semua orang memahami dan tidak peduli arti penting satwa ini untuk keseimbangan ekosistim. Gajah dianggap satwa pengganggu dan berbahaya sehingga keberadaannya harus ditiadakan.

Gajah secara ekologi merupakan spesies kunci dalam menjaga habitat untuk menjamin ketersediaan pakan bagi kelompok gajah itu sendiri. Secara tidak langsung biodiversitas di dalam homerange akan terlindungi dari gangguang sekitar (Abdullah et al.,2012) seperti dikutip dari Studi Perilaku Gajah Sumatera di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas, Annisa Salsabila et al.,2017).

Berjalan sambil memakan tumbuh-tumbuhan menjadi suatu bukti bagaimana gajah menyebarkan benih-benih di sepanjang daerah jelajahnya yang bisa mencakup ratusan km2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun