Dan seharusnya ruang-ruang heninglah yang banyak di bangun di sekolah-sekolah. Ruang yang tidak semata untuk beribadah berdasar identittas. Ruang hening untuk semua golongan, ruang untuk berdialog dengan dirinya sendiri apapun agamanya. Berdialog tentang nilai-nila manusia.
Hasil penelitan menunjukan sekolah yang memiliki ruang hening dan meminta siswa rutin memasukinya untuk “bermeditasi” , menunjukan bahwa siswanya mememperlihatkan perkembangan lebih baik secara fisik dan emosional. Pada saat ini di sekolah ada namanya Ruang BP. Namun ruang ini lebih berkonotasi “Ruang Hukuman” – Ruang Doktrin otoritas guru. Ruang hening otoritasnya adalah diri sendiri,
Memiliki keterampilan Mindfulness telah membuat dampak yang signifikan, terhadap perilaku siswa. Waktu belajar lebih damai, dengan lebih banyak siswa yang terlibat aktif memprakteka meditasi.
Jejak pendapat kepada Orang tua juga memperlihatkan bahwa mereka mengamati anak – anaknya terlihat lebih sabar dan tenang sejak mengimplementasi aktifitas ruang hening. Hal ini juga mendorong anak-anak secara aktif mencari keheningan sepanjang hari. mereka menjadi lebih nyaman dalam meminta agar lain keheningan tempat belajarnya dengan meminta rekan-rekannya menekan tombol silence pada perangkat digitalnya.
Secara mandiri para siswapun mulai untuk menetapkan standar baru tantang ketenangan di antara mereka sendiri. Banyak siswa dapat ditemukan menutupi telinga mereka atau memberi tanda “ssst” kepada teman-teman yang mereka yakini terlalu keras dalam menggunakan perangkat digital atau berbicara. Kalau hal ini sudah kita peroleh di ruang kelas, kita dapat berharap pertumbuhan mental, sosial dan daya pikir anak-anak akan meningkat pesat.
Ketiga adalah melakukan Detoksifikasi Digital.
Banyak orang tua mengatasi masalah yang mereka miliki dengan kebiasaan digital anak-anak dengan peraturan keras. Misalnya melarang anak-anak memakai perangkat digital pada hari pelajaran dan hanya memperbolehkan pada hari wekeend, Ini sebetulnya kurang tepat karena pada hari libur itu akhirnya anak-anak merasa memiliki kebebasan sebebas-bebasnya untuk menggunakan perangkat digital mereka. Dan ini tentu tidak baik bagi kesehatan mereka.
Saran saya untuk kegiatan ini adalah lebih baik mendiskusikannya untuk membuat kesepakatan waktu “jeda” bagi keluarga untuk "mencabut digital" selama setengah sampai satu hari. Pada waktu itu gangguan digital tidak diperbolehkan. Ini adalah aktifitas untuk memberikan waktu keheningan dengan disengaja untuk mengambil jarak rentetan informasi dan komunikasi yang berlimpah saat minggu sebelumnya.
Saya merekomendasikan dilakukan setiap hari sabtu dari jam 10 pagi sampai selepas makan siang. Ini sebaiknya diisi oleh para orang tua untuk mendengar “cerita anak-anak”, selama 1 minggu sebelumnya. Mengenal aktifitasnya, belajar dari mereka tentang game baru dan juga teman baru .
Kegiatan ini, sering disebut sebagai "digital detox" atau saya lebih sering menyebut dengan “Sabat Digital”. Dalam kegiatan ini juga termasuk mematikan televisi saat tidak ada yang menontonnya. Jangan menggunakannya sebagai pengisi suara latar belakang, terutama saat kita makan bersama keluarga atau ketika anak-anak mengerjakan pekerjaan rumah.
Menurut survei pada tahun 2017 oleh American Psychological Association mengenai penelitian terhadap penggunaan perangkat digital bagi masyarakat di Amerika, menunjukan bahwa lebih dari 50 % orang Amerika setuju bahwa "mencabut sesaat perangkat digital " atau mengambil waktu "Digital detox" adalah penting untuk kesehatan mental mereka.