Mohon tunggu...
syam surya
syam surya Mohon Tunggu... Dosen - Berpikir Merdeka, Kata Sederhana, Langkah Nyata, Hidup Bermakna Bagi Sesama

Pengajar dan Peneliti ; Multidicipliner, Humaniora. Behaviour Economics , Digital intelligence

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Budaya Perusahaan di Era New Normal

6 Juni 2020   23:30 Diperbarui: 6 Juni 2020   23:37 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena "safety first" dan menghindar Infeksi, maka pilihan logis adalah tetap tinggal di rumah hidup dalam kepompong. Dampaknya kedepan ada peluang lonjakan permintaan kebutuhan rumah tangga dan peningkatan proporsi pengeluaran rumah secara signifikan. 

Kenyamanan akan menjadi pilihan utama setelah keselamatan produk. Produk untuk menunjang kenyaman dan kesehatan di rumah diperkirakan akan booming. Misal produk untuk dapat bekerja dan blajar dari rumah secara nyaman.

Namun dari sisi sosial akan muncul "Caremongering" --- atau yang sekarang sudah diaktifkan di Jawa Tengah dengan "Jogotonggo" akan menjadi kebiasaan baru. Menjaga orang terdekat untuk tidak terinfeksi adalah juga prioritas selanjutnya termasuk tetangga. 

Ini juga sudah tren dibeberapa negara seperti  di Kanada lalu dengan cepat menyebar ke Inggris.  Juga ada sisi positif hidup dalam kepompong seperti dikemukakan Sherry Turkle, Profesor MIT, dalam bukunya  Alone Together  (2011) bahwa era virtual akan lebih "merekatkan" kembali ikatan sosial. 

Saat orang secara alami akan beralih ke platform sosial yang ada untuk memuaskan kebutuhan dasar manusia yaitu sosialisasi, pada akhirnya akan menimbulkan "keterasingan". Dan saat bersamaan keinginan bersosialisasi secara "nyata" juga akan terbangun secara kuat. Ini akan memicu ledakan budaya dan aktivitas kebebasan yang menyenangkan saat pembatasan akhirnya dicabut.

Penemuan Kembali Otoritas 

Covid 19 mengingatkan bahwa ada banyak hal kecil disekitar kita yang terlupakan, karena kita terlalu asyik mengejar hal-hal besar yang belum tentu diperlukan. Dampak digital yang selalu menggoda, membuat kita lupa priroitas utama yaitu kesehatan.

Dengan Covid 19. mau tidak mau kita harus kembali percaya kepada otoritas Ilmu Pengetahuan, Otoritas Science. Pandemi tidak bisa dicegah dengan asal kata dan opini tapi harus berbasis data dan ilmu pengetahuan. Permasalahannya di era virtual ini satu data sudah terhubung dengan ratusan data lain dengan cepat. 

Oleh karenanya pendekatan tidak cukup dengan cara liner misal satu permodelan matematis, tapi harus dengan beragam variabel dan beragam disiplin. Mungkn kita diingatkan di masa awal pandemi banyak yang prediksi disampakan "para pakar" bahwa kasus Covid 19 di Indonesia akan puluhan ribu dalam satu bulan, yang dihitung dengan pendekatan satu /dua permodelan. 

Dan prediksi tersebut pada waktunya tidak terbukti. Ini tentu tantangan berat bagi kredibiltas ilmu pengetahuan , dan menjadi pembelajaran kedepan. Dengan berdasarkan fakta bahwa perubahan yang terjadi begitu cepat di setiap bidang dan pengaruhnya dan berada pada tingkat yang sangat tinggi, maka dimasa mendatang studi manajemen interdisipliner dan multidisipliner menjadi penting. dan menjadi sebuah keniscayaan.

Pandemi juga semakin menunjukan peran Otoritas Pemerimtah juga semakin kuat ,setelah sebelumnya banyak terkikis budaya populer atas nama Demokrasi. 

Protokol pemerintah untuk hidup di era new normal atau protokol kebiasaan baru akan banyak dipatuhi, karena kalau tidak konsekwensinya keselamatan diri. Setelah sekian lama tidak pernah dilirik, Aplikasi ,Web Site, Pemerintah kembali menjadi rujukan utama. Cina , Korea Selatan dan Singapore sudah membuat aplikasi yang melacak warga yang diwajibkan dikarantina, Perancis membuat aplikasi untuk mengngatkan warga untuk jagar jarak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun