Mohon tunggu...
syam surya
syam surya Mohon Tunggu... Dosen - Berpikir Merdeka, Kata Sederhana, Langkah Nyata, Hidup Bermakna Bagi Sesama

Pengajar dan Peneliti ; Multidicipliner, Humaniora. Behaviour Economics , Digital intelligence

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Budaya Perusahaan di Era New Normal

6 Juni 2020   23:30 Diperbarui: 6 Juni 2020   23:37 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DUNIA TERDESKTRUTIF SECARA EKSPONENSIAL. Belum satu dekade, dunia dan kehidupan di diskrupsi oleh digital, dan banyak perusahaan memperkirakan proses ini walau cepat tetap akan betahap. Seperti temuan McKinsey (2020) yang mengemukakan bahwa hampir 92 persen perusahaan mengira model bisnis mereka akan perlahan berubah sesuai proses digitalisasi , dari Era Industri 3.0. era sampai memasuki Era Indutsri 4.0 dan dosial 5.0 kemudian masuk Abad 21 adalah Era Big Data.

Namun Covid 19 telah merevolusi semua.  Saat ini tidak ada pilihan, perusahaan "Dipaksa" memasuki Abad Virtual. Yang semula ragu dan hanya mengalokasikan sebagian kali ini harus masuk abad virtual secara paripurna. 

Bekerja, Belajar, Berkegatan ekonomi/memesan makanan dan belanja untuk kehidupan sehari -- hari semuanya dilakukan dengan Virtual dari rumah. Ini akan memberi implikasi besar bagi semua organisasi termasuk perusahaan. 

Seperti disampaikan oleh Accenture (2020) dalam laporannya : The Human Experience: How organizations should respond to the experience implications of COVID-19, mengemukakan bahwa terdapat beberapa implikasi bagi organisasi /perusahaan sebagai dampak dari Covid 19 , antara lain;

Ekosistem Kesehatan Ada dalam Semua Bisnis

Infeksi, telah memainkan peran utama dalam epidemi, Infeksi lah yang kali  ini memisahkan orang dari satu sama lain. Karena penyakit ini bisa ada pada manusia mana pun, cara teraman adalah menjauh dari orang lain. Setiap orang pasti khawatir akan keamanan dan kesehatannya,

Kekhawatiran tentang kesehatan selama krisis pandemi, diproyeksikan akan tidak surut walau pandemi selesai. 

Oleh karenanya Kesehatan akan menjadi Ekosistem baru bagi keseluruhan bisnis. Semua perusahaan harus melakukan bisnis yang sehat. Dari mulai proses strategis, proses poduksi dan sampai proses suport serta hubungan pelanggan, akan memasuki ekosisitem baru ini. Kebersihan adalah keharusan.

Meningkatnya Biaya Untuk Menjaga Kepercayaan 

Virus Covid19, dapat menginfeksi dengan gejala yang tidak terlihat (OTG). Hal ini menimbulkan erosi kepercayaan yang luar biasa pada setiap orang. Oleh karenanya pertanyaan pertama pelanggan apabila membeli suatu produk adalah ; apakah produk ini aman? sudahkah perusahaan menjalankan protokol kesehatan ?

Dampak seperti di atas sudah dirasakan banyak perusahaan. Lihat bagaimana PT HM Sampoerna, hanya karena 2 orang pekerja terpapar, maka selain menutup pabrik juga mengkarantina tidak hanya pekerja tapi juga prouduknya ( Kompas, 01/05/2020). Pada saat itu orang pun ragu, untuk membeli rokok tersebut.

Budaya baru adalah menerapkan "Safety First" dalam setiap kegiatannya. Menjaga keselamatan dana keamanan diri (juga keluarganya ) terlebih dahulu adalah utama. Individualisme diprediksi akan meningkat. Oleh karena itu ke depan perusahaan harus bekerja keras membangun kepercayaan ini. Dan dalam konteks yang sama perusahaan juga harus menerapkan prinsip "safety first".. Pada akhirnya perusahaan harus menambah kan biaya untuk meningkatkan kepercayaan ini.

Dilain pihak tantangan membangun perusahaan di dalam abad Virtual adalah munculnya bias informasi. Berada dalam dunia virtual itu adalah berada dalam kebisingan informasi, akan banyak spekulasi -- karena setiap orang bebas untuk menyampaikan pendapatnya, dan di era kebisingan ini memilih informasi yang benar tentu sangat sulit. Dan justru informasi sampahlah yang mudah beredar  dan dengan mudah mempengaruhi kepercayaan pelanggan.

Hidup Dalam Kepompong

Karena "safety first" dan menghindar Infeksi, maka pilihan logis adalah tetap tinggal di rumah hidup dalam kepompong. Dampaknya kedepan ada peluang lonjakan permintaan kebutuhan rumah tangga dan peningkatan proporsi pengeluaran rumah secara signifikan. 

Kenyamanan akan menjadi pilihan utama setelah keselamatan produk. Produk untuk menunjang kenyaman dan kesehatan di rumah diperkirakan akan booming. Misal produk untuk dapat bekerja dan blajar dari rumah secara nyaman.

Namun dari sisi sosial akan muncul "Caremongering" --- atau yang sekarang sudah diaktifkan di Jawa Tengah dengan "Jogotonggo" akan menjadi kebiasaan baru. Menjaga orang terdekat untuk tidak terinfeksi adalah juga prioritas selanjutnya termasuk tetangga. 

Ini juga sudah tren dibeberapa negara seperti  di Kanada lalu dengan cepat menyebar ke Inggris.  Juga ada sisi positif hidup dalam kepompong seperti dikemukakan Sherry Turkle, Profesor MIT, dalam bukunya  Alone Together  (2011) bahwa era virtual akan lebih "merekatkan" kembali ikatan sosial. 

Saat orang secara alami akan beralih ke platform sosial yang ada untuk memuaskan kebutuhan dasar manusia yaitu sosialisasi, pada akhirnya akan menimbulkan "keterasingan". Dan saat bersamaan keinginan bersosialisasi secara "nyata" juga akan terbangun secara kuat. Ini akan memicu ledakan budaya dan aktivitas kebebasan yang menyenangkan saat pembatasan akhirnya dicabut.

Penemuan Kembali Otoritas 

Covid 19 mengingatkan bahwa ada banyak hal kecil disekitar kita yang terlupakan, karena kita terlalu asyik mengejar hal-hal besar yang belum tentu diperlukan. Dampak digital yang selalu menggoda, membuat kita lupa priroitas utama yaitu kesehatan.

Dengan Covid 19. mau tidak mau kita harus kembali percaya kepada otoritas Ilmu Pengetahuan, Otoritas Science. Pandemi tidak bisa dicegah dengan asal kata dan opini tapi harus berbasis data dan ilmu pengetahuan. Permasalahannya di era virtual ini satu data sudah terhubung dengan ratusan data lain dengan cepat. 

Oleh karenanya pendekatan tidak cukup dengan cara liner misal satu permodelan matematis, tapi harus dengan beragam variabel dan beragam disiplin. Mungkn kita diingatkan di masa awal pandemi banyak yang prediksi disampakan "para pakar" bahwa kasus Covid 19 di Indonesia akan puluhan ribu dalam satu bulan, yang dihitung dengan pendekatan satu /dua permodelan. 

Dan prediksi tersebut pada waktunya tidak terbukti. Ini tentu tantangan berat bagi kredibiltas ilmu pengetahuan , dan menjadi pembelajaran kedepan. Dengan berdasarkan fakta bahwa perubahan yang terjadi begitu cepat di setiap bidang dan pengaruhnya dan berada pada tingkat yang sangat tinggi, maka dimasa mendatang studi manajemen interdisipliner dan multidisipliner menjadi penting. dan menjadi sebuah keniscayaan.

Pandemi juga semakin menunjukan peran Otoritas Pemerimtah juga semakin kuat ,setelah sebelumnya banyak terkikis budaya populer atas nama Demokrasi. 

Protokol pemerintah untuk hidup di era new normal atau protokol kebiasaan baru akan banyak dipatuhi, karena kalau tidak konsekwensinya keselamatan diri. Setelah sekian lama tidak pernah dilirik, Aplikasi ,Web Site, Pemerintah kembali menjadi rujukan utama. Cina , Korea Selatan dan Singapore sudah membuat aplikasi yang melacak warga yang diwajibkan dikarantina, Perancis membuat aplikasi untuk mengngatkan warga untuk jagar jarak. 

Di Indonesia, dengan segala kekurangnanya yang harus terus diperbaiki, aplikasi #pedulilindungi dan Aplikasi #BersatuDalamCovid menjadi aplikasi pilihan utama bersanding dengan aplikasi pesan antar (Gojek dan Grab). Peningkatan Otoritas Pemerintah dan Pengetahuan ini penting agar pengendalian penybaran Covid 19 dapat dilakukan secara sistematis dan cepat.

Dan pada akhirnya Manusia mendapat pembelajaran penting, saat mereka sedang mempersipakan mobil terbang, bepergian ke rumah besar kami di luar angkasa di Mars dan memproduksi organ buatan di rumah kami dengan printer 3D, dan beberapa persiapan penting lagi untuk hidup di abad 21  abad digital, tetiba menyadari mereka memiliki masalah yang jauh lebih mendasar yang ternyata tidak dapat diselesaikan dalam beberap hari hari dan dalam beberapa dekade kedepan, masalah itu yaitu Flu, ( Sen, 2020)

Dengan Flu , diperoleh kesadaran bahwa teknologi harusnya diutamakan utuk kesehtan dan kemanusiaan dan pemerintah harus dihormati . agar ketakutan dapat dikelola. Ketakuan yag disebabkan oleh variabel-variabel yang tidak dapat di kendalikan. Dan salah satu ketakutan terdalam yaitu Kematian..

Guna menghindari "kematian" Maka perusahaan juga harus menyesuikan /beradaptasi dalam Kehidupan Normal Baru . Lalu bagaimana budaya perusaahan yang dapat beradaptasi dalam Kebiasaan Baru (New Normal )?

Budaya Perusahaan di Era New Normal

Bagi Pemimpin perusahaan waktu karantina adalah WAKTU EMAS ! persis Kepompong, membalut diri juga mempersiapkan diri dangan asupan bergizi (termasuk infromasi, membuat strategi) untuk beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga dapat menghasilkan sutera dan ratusan kupu kupu muda yang sudah siap tebang menghiasi  semesta.

Pemimpin yang baik pasti sudah bersegera mengambil "catatan kecil", untuk melihat dan mengidentifikasi posisi perusahaannya di dalam Era Normal, pertanyaan dasar apakah bisnis persahaannya merupakan bisnis inti dalam era New Norma seperti terkait dengan kesehatan, sembako, peralatan rumah tangga dan atau tarnspostasi/logistik? 

Bagaimana peran dan adaptasi Perusahaan dalam Kebiasaan Baru ?  adalah pertanyaan penting bagi Pemimpin Holistik. Merek kemudian akan bersegra membuat peta jalan baru untuk produk dan layanan perusahaannya pada saat ini dan masa mendatang.

Dalam era dimana "kepercayaan" menjadi hal utama,bagi semua orang, maka budaya baru akan mewajibkan transparansi sebagai satu kebijakan penting. Terutama terhadap keesehatan dan keamanan produk. Akan banyak perusahaan yang meninjau Visi, dengan memprioritas kesehatan dan keamanan dalam ekosistem bisnisnya.

Proses bisnis dari mulai sistem produksi, distribusi dan layanan transaksi, akan banyak disesuaikan dengan cara dan standar WHO misalnya, dengan mengurangi sistem pembayaran tanpa kontak dan penutupan kantor cabang konvesional untuk mengurangi potensi penyebaran virus melalui uang tunai dan kontak langsung pelanggan.  

Ini terlihat sudah dilakukan oleh BUMN sektor pernakan yang sudah mengkaji menutup 50 prosen kantor cabang dan memfokuskan pada layanan online.

Dengan Kebiasaan Baru,   strategi marketing perusahaan harus ditinjau ulang, walau tidak perlu terburu menerapkan startegi digital marketing yang intensif, tapi mempersiapkan kearah sana tentu lebih baik. Adaptasikan seluruh saluran distribusi dan bertahap berpindah dengan menjalankan  dukungan pelanggan secara online.

Saat Covid 19 memberi pembelajaran bagaimana teknologi Virtual dengan ZOOM, Geoogle Meet, WA dan aplikasi virtual lainnya merupakan cara yang dapat mengakrabkan hubungan sosial. Dan cara /kebiasaan berkomunikasi virtual dapat dikembangkan untuk menciptakan kepercayaan sosial dari para pelanggan. Juga berkolaborasi dengan partner.

Di era kebiasaaan baru juga kesempatan Emas bagi perusahaan berinteraksi dengan generasi yang memiliki nilai baru. Oleh karenanya karyawan yang bertugas menerima panggilan telepon/mengelola sarana informasi perusahaan dan karyawan bagian pengantaran/pengiriman produk menjadi "muka" perusahaan dan ini harus lebih diperhatikan.

Budaya perusahaan di tengah lautan bias informasi akan selalu berbasiskan data  dan kepercayaan yang tinggi kepada ototritas ilmu pengetahuan. 

Perusahaan harus selalu siap untuk "menggambar:  pada tiga sumber data: data besar, data tebal (wawasan mendalam tentang orang), dan data luas (tren kontekstual dan pasar). Memastikan bahwa semua sumber data terus diperbarui dan digunakan dengan optimal.

Hidup dalam kepompong dengan protokol  "safety First " serta \didominasi aktfitas virtual adalah keniscayaan, tidak ada pilihan perusahaan harus menyesuaikan dengan budaya tersebut. 

Sejarah membuktikan pemenangnya adalah perusahaan yang selalu dpat beradaptasi dan menjelajahi semua tantangan menjadi peluang dengan kreatif dan innovatif .  Selamat Berkehidupan Baru.

Refference :

Accenture Note  Mai 2020, The Human Experience: How organizations should respond to the experience implications of COVID-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun