Mohon tunggu...
syakira billa
syakira billa Mohon Tunggu... Mahasiswa - seorang mahasiswi perguruan tinggi negeri jakarta

Saya berkomitmen untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan tren media, antusiasme yang tinggi dalam bidang desain dan fotografi, serta siap untuk berkolaborasi dalam tim yang berorientasi pada hasil untuk mencapai tujuan bersama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mewujudkan Pendidikan Berkualitas : Mengatasi Perundungan Di Sekolah

17 Desember 2024   21:25 Diperbarui: 17 Desember 2024   21:40 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
murid sekolah - sumber Syakira

PENDAHULUAN

SDGs atau Sustainable Development Goals, yang berarti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan serangkaian tujuan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan. Dalam SDGs mencakup 17 tujuan dan sasaran global tahun 2030 yang dideklarasikan baik oleh negara maju maupun negara berkembang di Sidang Umum PBB pada September 2015. 

Salah satu dari 17 tujuan tersebut adalah SDG ke-4, yaitu Pendidikan Berkualitas (Quality Education). Tujuan ini menekankan pentingnya menyediakan pendidikan yang inklusif, adil, dan berkualitas serta mendukung pembelajaran seumur hidup bagi semua.

Pendidikan adalah kunci utama dalam menciptakan generasi yang cerdas, toleran, dan berdaya saing. Namun, pendidikan berkualitas tidak hanya ditentukan oleh kurikulum atau fasilitas yang memadai. Lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bebas dari perundungan (bullying) adalah kunci penting yang sering kali luput dari perhatian. Sayangnya, perundungan di sekolah masih menjadi masalah serius yang dapat mengancam tercapainya tujuan pendidikan berkualitas.

Sering kita mendengar istilah perundungan atau bullying, apa sebenarnya perundungan itu? perundungan merujuk pada perilaku yang dilakukan secara sengaja dan berulang dengan maksud untuk merendahkan, merugikan, serta menyakiti orang lain. Tindakan ini bisa dilakukan oleh individu maupun kelompok.

Perilaku perundungan sendiri masih banyak terjadi di sekolah sekolah. Tak jarang perilaku negative tersebut berawal dari candaan namun lama lama ada murid yang terpojokkan, atau disisi lain ada anak-anak yang berasal dari masyarakat yang terpinggirkan, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, anak-anak dengan penampilan serta ukuran tubuh yang berbeda hingga anak penyandang disabilitas. Situasi tersebut menjadi berbanding terbalik dengan tujuan pendidikan berkualitas yang menciptakan Lingkungan belajar dengan aman, nyaman.

JENIS PERUNDUNGAN

Dalam sekolah, perundungan tidak hanya berasal dari candaan saja. Perundungan dalam sekolah terbagi dalam beberapa jenis, yakni :

Perundungan fisik, adalah tindakan agresif yang melibatkan kontak tubuh secara langsung dengan tujuan menyakiti korban secara fisik. Contohnya adalah pukulan, tendangan, dorongan, atau bahkan tindakan seperti menjambak rambut. Jenis perundungan ini sering kali meninggalkan luka fisik yang terlihat, tetapi dampaknya tidak hanya terbatas pada tubuh. Korban perundungan fisik juga dapat mengalami trauma emosional, seperti rasa takut, cemas, dan hilangnya rasa percaya diri, yang dapat mengganggu keseharian mereka di sekolah.

Perundungan verbal, melibatkan penggunaan kata-kata untuk menyakiti atau merendahkan seseorang. Contoh tindakan ini seperti ejekan, penghinaan atau ucapan sarkastik yang bertujuan untuk mengolok-olok korban. Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, dampak psikologis dari perundungan verbal sering kali lebih lama dirasakan. Korban bisa kehilangan harga diri, merasa minder, dan takut untuk berinteraksi dengan orang lain, terutama di lingkungan sekolah.

DAMPAK PERUNDUNGAN PADA SISWA

Dampak perundungan terhadap siswa sangat signifikan, seperti penurunan kepercayaan diri, kecemasan, depresi, hingga putus sekolah. Lingkungan yang tidak aman menghambat mereka untuk berkembang secara akademis dan sosial. Ketakutan menghadapi pelaku sering membuat korban absen, sehingga prestasi mereka menurun.

Secara sosial, korban perundungan cenderung menarik diri dan merasa terisolasi dari teman-temannya. Mereka kesulitan menjalin hubungan sosial yang sehat, yang berdampak pada hilangnya dukungan emosional dan perkembangan keterampilan interpersonal.

Dalam jangka panjang, perundungan dapat meninggalkan trauma mendalam seperti kecemasan kronis dan rasa tidak percaya diri. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman demi mendukung pendidikan yang berkualitas dan inklusif.

CARA MENGATASI PERUNDUNGAN

Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari perundungan. Salah satu langkah utama yang dapat diambil adalah dengan membuat aturan anti-perundungan yang jelas dan tegas. Aturan ini harus mencakup larangan terhadap segala bentuk perundungan, prosedur pelaporan yang mudah diakses, serta sanksi yang sesuai bagi pelaku. Selain itu, sekolah juga dapat mengadakan program pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa mengenai dampak negatif perundungan. Program seperti seminar, pelatihan, atau diskusi kelompok dapat membantu siswa memahami pentingnya sikap saling menghormati dan menciptakan budaya yang inklusif di lingkungan sekolah. 

  • Peran Orang Tua

Orang tua juga memiliki tanggung jawab besar dalam upaya mengatasi perundungan. Berbicara secara terbuka dengan anak tentang perundungan adalah langkah awal yang sangat penting. Orang tua perlu menjelaskan apa itu perundungan, bagaimana cara menghadapinya, dan mengapa hal tersebut harus dihindari. Selain itu, memberikan dukungan emosional kepada anak sangat diperlukan, baik untuk korban maupun pelaku perundungan. Anak yang merasa didukung oleh orang tuanya akan lebih percaya diri untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi dan mencari solusi bersama. 

  • Peran Siswa

Siswa juga berperan aktif dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman. Salah satu caranya adalah dengan menjadi teman yang baik bagi semua orang, tanpa memandang perbedaan. Siswa yang bersikap ramah dapat membantu mengurangi risiko perundungan di sekolah. Selain itu, siswa juga perlu berani melaporkan jika melihat tindakan perundungan terjadi di sekitar mereka. Dengan melaporkan perundungan, siswa turut membantu menciptakan kesadaran dan memberikan kesempatan kepada pihak sekolah untuk mengambil tindakan yang tepat.

KISAH INSPIRATIF MELAWAN PERUNDUNGAN DI SEKOLAH

Jika terjadi perundungan di sekolah, setiap individu harus memiliki keberanian untuk melawan dan mencegahnya. Salah satu kisah inspiratif datang dari Amira (17), seorang remaja asal Sukabumi yang berhasil bangkit dari trauma perundungan dan kini aktif melawan tindakan tersebut.

Ketika SMP pada 2020, ia kerap menjadi korban body shaming dan intimidasi oleh kakak kelasnya, bahkan sempat takut melanjutkan sekolah akibat trauma. Salah satu kejadian yang membekas adalah ketika ia didorong ke kolam oleh pelaku.

"Aku sering di-bully kakak kelas, terutama saat MPLS. Trauma ini sempat membuatku nggak mau sekolah," ungkapnya.

Keberanian Amira muncul setelah masuk SMA dan bergabung dengan Gema Cita, organisasi di bawah Plan Indonesia yang memperjuangkan hak anak dan perempuan. Di sana, ia belajar cara menghadapi pelaku bullying dan mengenali berbagai bentuk kekerasan.

"Sekarang aku lebih berani mengatakan tidak dan speak up saat diperlakukan tidak baik. Penting juga untuk berani melapor agar pelaku tidak mengulang ke korban lain," jelasnya.

Kini, Amira menjadi peer educator, mengedukasi anak-anak tentang bahaya bullying dan pernikahan dini. Melalui Gema Cita, ia terus menyuarakan gerakan anti-bullying dan pemenuhan hak anak.

"Gema Cita mengedukasi anak untuk melawan kekerasan dan bullying. Aku ingin membantu menciptakan lingkungan sekolah yang aman bagi semua," tutupnya.

Kisah Amira menginspirasi bahwa korban perundungan dapat bangkit dan menjadi agen perubahan. Lawan bullying dengan berani berkata tidak!

KESIMPULAN

Untuk mewujudkan pendidikan berkualitas sesuai dengan SDGs, penting untuk mengatasi perundungan di sekolah, yang menghambat proses belajar dan perkembangan siswa. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan inklusif memastikan setiap siswa dapat belajar tanpa rasa takut. Upaya ini memerlukan kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Sekolah harus menerapkan kebijakan anti-perundungan, mendidik siswa tentang empati, dan memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara. Dengan melawan perundungan bersama, kita menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik, di mana siswa merasa dihargai dan aman, serta membangun karakter dan keterampilan sosial yang mendukung pembangunan masyarakat yang lebih adil.

REFERENSI

Alvira Oktavia Safitri1*, V. D. (2022). Upaya Peningkatan Pendidikan Berkualitas di Indonesia: Analisis Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). JURNAL BASICEDU.

Bagaskara, B. (2023, juni 28). Cerita Amira, Dulu Jadi Korban Kini Melawan Perundungan. From detikJabar: https://www.detik.com/jabar/kuliner/d-6795907/cerita-amira-dulu-jadi-korban-kini-melawan-perundungan

Binita Bhekti Lestari1, N. N. (2024). Penerapan Edukasi SDGS di Lingkungan Sekolah Guna Mendukung Terwujudnya Kesejahteraan Pendidikan. Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial.

Dinsos@Kulonprogokab.co.id. (2024, july 17). Bullying atau Perundungan. From DINAS SOSIAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN KULON PROGO: https://dinsos.kulonprogokab.go.id/detil/815/bullying-atau-perundungan#

SDGs, S. N. (n.d.). SDGs KNOWLEDGE HUB Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. From sdgs.bappenas: https://sdgs.bappenas.go.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun