Mohon tunggu...
Syaira Najlalivia
Syaira Najlalivia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPI Bandung

Saya adalah seseorang yang cenderung nyaman menikmati waktu sendiri atau bersama lingkaran kecil orang-orang terdekat. Sebagai seorang introvert, saya lebih suka suasana yang tenang dan mendalam untuk mengeksplorasi hobi serta minat saya. Hobi nonton film menunjukkan bahwa saya punya rasa ingin tahu yang tinggi terhadap cerita, ide, atau sudut pandang baru. Saya menyukai berbagai genre, mulai dari drama yang penuh emosi, petualangan yang seru, hingga film kuliner yang menggugah selera. Waktu menonton film bagi saya adalah momen relaksasi sekaligus cara untuk belajar hal-hal baru tanpa harus keluar dari zona nyaman. Ketertarikan saya pada konten kuliner menunjukkan apresiasi terhadap seni dan budaya makanan. Saya gemar menonton acara memasak, mencoba resep-resep baru, atau sekadar menikmati tayangan yang menampilkan makanan dengan visual yang menggiurkan. Kuliner bagi saya bukan sekadar makanan, tapi juga cerita di baliknya seperti tradisi, teknik memasak, atau eksplorasi rasa yang beragam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Pentas Drama

24 Januari 2025   16:43 Diperbarui: 24 Januari 2025   16:43 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berita itu membuat kami gelisah. Ada pihak yang ingin menjatuhkan kami. Aku mencoba menenangkan teman-teman. "Kita sudah tampil dengan maksimal. Jangan biarkan hal ini merusak semangat kita. Kita serahkan semuanya pada keputusan juri."

Saat pengumuman pemenang, jantungku berdegup kencang. MC mulai membacakan hasilnya.

"Juara ketiga adalah kelas 9F!" teriak MC, disambut sorak sorai penonton.

"Juara kedua adalah kelas 9H!" lanjutnya. Aku menggenggam tangan Ayu yang dingin. Saat itu, aku hanya bisa berdoa.

"Dan juara pertama lomba pentas drama adalah... kelas 9D!" seru MC dengan penuh semangat.

Kami berteriak kegirangan dan saling berpelukan. Di atas panggung, aku mewakili kelompok untuk memberikan sepatah dua patah kata.

"Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama Kak Firda dan Bu Ellin, yang telah mendukung kami. Kemenangan ini kami raih berkat kekompakkan dan kerja keras kami. Terima kasih!" ucapku penuh haru, diiringi tepuk tangan meriah dari penonton.

Ketika kami kembali ke kelas, Bu Ellin memberikan pesan penting yang selalu akan aku ingat: "Kalian telah menunjukkan arti persatuan dan kerja keras. Ingatlah, kemenangan ini bukan akhir, tetapi awal dari perjalanan kalian untuk menjadi pribadi yang lebih baik."

Malamnya, aku kembali ke aula untuk mengambil barang yang tertinggal. Ketika aku melangkah menuju panggung, aku merasakan hawa yang berbeda, hawa dingin yang aneh. Aku menoleh ke belakang, dan tiba-tiba aku melihat sesuatu yang mengejutkan. Di dekat tiang panggung yang baru dibangun, ada sebuah ukiran yang hampir tidak terlihat oleh banyak orang. Ukiran itu berbentuk simbol yang aku kenali, seperti simbol yang ada di kertas mantra yang kami temukan sebelumnya.

Aku merasa seolah ada sesuatu yang terhubung dengan sejarah lama. Ternyata, setelah berbicara dengan Bu Ellin keesokan harinya, aku mendapat penjelasan mengejutkan.

"Aula ini, dulu pernah digunakan untuk pertunjukan seni pada zaman dulu, sebelum renovasi dilakukan. Banyak cerita tentang tragedi yang terjadi di sana," kata Bu Ellin. "Kabar yang aku dengar, panggung yang ada sekarang memang baru dibangun, tapi ada pihak yang mengatakan bahwa seolah-olah roh seorang siswi teater yang pernah berlatih di sini masih tetap menjaga panggung itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun