“Benarkah kamu berani membayarku 10 juta?”kedua bola mata Mirahyang telah cekung tiba-tiba basah. Tangis bahagia seperti menyelubung ke dalamjiwanya. Mirah seperti bermimpi.
“Apa untungnya berbohong, jika ternyata dirimu bisa menangis?”Pria bermata teduh itu meyakinkan Mirah untuk yang kedua kalinya. “Kalau bolehtahu sejak usia berapa dirimu menjajakan diri?”
“Sejak umur 18 tahun.”
“Umurmu sekarang?”
“61 tahun.”
“Selama puluhan tahun itu mestinya dirimu bisa mengumpulkan uangsebanyak-banyaknya. Tetapi maaf, kok masih tinggal di gubuk sempit sepertiini,” pria itu seperti mau marah.
“Dulu ketika uang masih banyak, kubelikan pakaian berbagai merekserta alat-alat kecantikan.”
“Lalu Apa tujuan hidupmu selama ini?”
“Tidak punya.”
“Sungguh manusia yang aneh,” jawab pria itu dengan ketus, lalukembali bertanya. “Adakah keinginan untuk tinggal di rumah yang layak?”
“Itu impianku selama bertahun-tahun,” (k)Kali ini Mirah menjawabdengan buliran air mata yang berjatuhan.