Selain itu, akses terhadap data dan sumber informasi yang up-to-date juga harus difasilitasi. Data menjadi bahan baku yang sangat penting bagi wirausaha berbasis penelitian, karena dari data inilah mereka bisa menganalisis tren, peluang pasar, hingga kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi.
3. Kemitraan dengan Industri
Untuk mendorong kewirausahaan berbasis penelitian, perlu ada sinergi antara dunia akademis dan industri. Kolaborasi antara universitas dan perusahaan dapat menjadi jalan efektif untuk mengembangkan produk atau layanan baru yang berdasarkan pada hasil penelitian. Model kemitraan semacam ini memungkinkan hasil riset akademis untuk diterjemahkan menjadi solusi nyata yang bisa diaplikasikan di dunia bisnis.
Sebagai contoh, dalam industri farmasi atau teknologi, penelitian yang dilakukan di laboratorium universitas dapat dikembangkan lebih lanjut melalui kerjasama dengan perusahaan untuk menghasilkan produk inovatif yang siap dipasarkan.
4. Pendanaan dan Akses Modal untuk Start-Up Berbasis Penelitian
Salah satu tantangan utama bagi wirausaha berbasis penelitian adalah akses ke modal. Pengembangan produk yang berbasis penelitian seringkali membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan dan program pendanaan yang mendukung start-up berbasis penelitian. Pemerintah dan investor swasta harus memberikan dukungan finansial, baik dalam bentuk hibah riset, program akselerator, atau modal ventura.
Di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jerman, banyak sekali perusahaan rintisan (start-up) yang lahir dari penelitian universitas, berkat dukungan dana dari pemerintah dan kemitraan dengan venture capital. Model serupa bisa diadopsi oleh Indonesia, terutama dengan mengembangkan kebijakan yang mendukung ekosistem start-up berbasis penelitian.
Tantangan dan Solusi
Tentu saja, melahirkan research-based entrepreneur tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satu tantangan utamanya adalah adanya jarak antara dunia akademis dan industri. Dalam banyak kasus, hasil penelitian di universitas tidak selalu berorientasi pada kebutuhan pasar, sehingga sulit diterjemahkan menjadi produk atau layanan yang relevan. Oleh karena itu, perlu ada upaya dari kedua belah pihak untuk menjembatani kesenjangan ini, baik melalui kemitraan strategis maupun komunikasi yang lebih intensif.
Tantangan lainnya adalah keterbatasan sumber daya, baik dalam hal teknologi, pendanaan, maupun sumber daya manusia yang terampil. Untuk mengatasi ini, kolaborasi antar lembaga riset, universitas, dan sektor swasta perlu diperkuat, sehingga sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal.
Selain itu, perlu ada perubahan paradigma dalam cara berpikir masyarakat mengenai kewirausahaan berbasis penelitian. Seringkali, penelitian dianggap sebagai sesuatu yang hanya terkait dengan dunia akademis dan tidak memiliki nilai komersial. Padahal, banyak penelitian yang dapat menjadi landasan inovasi besar jika dikembangkan dengan pendekatan yang tepat. Untuk itu, penting untuk mempromosikan manfaat ekonomi dari penelitian di kalangan masyarakat luas.