Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apakah Strategi Merger Selalu Berhasil?

29 September 2024   16:05 Diperbarui: 29 September 2024   16:07 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor lain yang sering kali diabaikan adalah regulasi dan kebijakan pemerintah terkait merger dan akuisisi. Setiap negara memiliki regulasi anti-trust atau anti-monopoli yang bertujuan untuk mencegah perusahaan-perusahaan besar mendominasi pasar secara tidak sehat. Karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkan apakah merger yang diusulkan dapat disetujui oleh otoritas pengawas kompetisi.

Sebagai contoh, pada 2016, rencana merger antara dua perusahaan besar farmasi, Pfizer dan Allergan, dibatalkan karena adanya perubahan kebijakan pajak internasional di Amerika Serikat yang menekan keuntungan pajak dari merger lintas negara. Perubahan regulasi seperti ini harus diperhitungkan sejak awal sebelum perusahaan memutuskan waktu yang tepat untuk merger.

Mengidentifikasi Momen Ideal untuk Merger

Setelah membahas beberapa faktor penentu, ada beberapa tanda yang bisa diidentifikasi sebagai indikasi bahwa saat yang tepat untuk merger telah tiba:

  1. Pertumbuhan Organik yang Terbatas

Ketika perusahaan mulai mencapai batas pertumbuhan organiknya --- artinya, pertumbuhan yang dihasilkan dari operasi inti mereka mulai melambat --- merger dapat menjadi jalan keluar untuk mendorong ekspansi lebih lanjut. Situasi ini sering dialami oleh perusahaan-perusahaan yang telah mapan di pasar, namun membutuhkan inovasi atau akses ke pasar baru untuk tetap kompetitif. Merger dengan perusahaan yang memiliki keunggulan di bidang lain dapat membantu menciptakan peluang pertumbuhan baru.

  1. Tren Konsolidasi Industri

Ketika suatu industri mulai mengalami konsolidasi besar-besaran --- di mana banyak perusahaan memutuskan untuk bergabung guna mengurangi persaingan dan meningkatkan skala ekonomi --- ini bisa menjadi sinyal kuat bagi perusahaan untuk mempertimbangkan merger. Misalnya, industri perbankan global pada awal tahun 2000-an mengalami gelombang konsolidasi besar-besaran ketika bank-bank mencari cara untuk memperkuat struktur keuangan mereka setelah krisis Asia dan meningkatkan skala operasional mereka.

  1. Inovasi Teknologi yang Signifikan

Ketika ada inovasi teknologi besar yang mengancam model bisnis tradisional, merger bisa menjadi solusi bagi perusahaan yang ingin tetap relevan. Dalam era Revolusi Industri 4.0, banyak perusahaan manufaktur dan teknologi memilih untuk menggabungkan sumber daya demi mengadopsi teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), atau blockchain, yang dapat mempercepat proses digitalisasi dan otomatisasi.

  1. Valuasi Pasar yang Menarik

Pada beberapa kasus, momen terbaik untuk merger terjadi ketika valuasi perusahaan yang diincar lebih rendah dari potensi sebenarnya, seperti saat pasar sedang mengalami penurunan sementara. Membeli perusahaan dengan harga murah dapat memberikan keuntungan signifikan dalam jangka panjang, terutama jika perusahaan yang diakuisisi memiliki aset yang dapat dimanfaatkan secara optimal setelah merger. Namun, risiko harus tetap diperhitungkan, karena nilai yang terlalu rendah mungkin mencerminkan masalah struktural yang mendalam di dalam perusahaan target.

Studi Kasus: Timing yang Tepat dan Salah dalam Merger

  1. Facebook dan Instagram (2012)

Salah satu contoh timing merger yang tepat adalah akuisisi Instagram oleh Facebook pada tahun 2012. Pada saat itu, Instagram baru berusia dua tahun dan memiliki sekitar 30 juta pengguna. Namun, dengan tren media sosial berbasis gambar yang semakin populer, Mark Zuckerberg melihat potensi besar dari platform ini dan memutuskan untuk mengakuisisinya seharga 1 miliar dolar AS.

Dalam beberapa tahun setelah akuisisi, Instagram tumbuh menjadi salah satu platform media sosial terbesar di dunia dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan. Keputusan Facebook untuk mengakuisisi Instagram pada saat yang tepat telah membantu memperkuat dominasinya di sektor media sosial dan memperluas portofolio produknya.

  1. Daimler dan Chrysler (1998)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun