Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apakah Strategi Merger Selalu Berhasil?

29 September 2024   16:05 Diperbarui: 29 September 2024   16:07 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak semua merger membawa hasil yang diharapkan. Beberapa merger mengalami kegagalan karena ketidaksesuaian budaya perusahaan, salah strategi, atau kurangnya sinergi yang diharapkan. Berikut adalah beberapa contoh merger besar yang berujung pada kegagalan.

1. AOL dan Time Warner (2000): Kegagalan dalam Sinergi Digital dan Media Tradisional

Merger antara AOL dan Time Warner pada tahun 2000 sering dianggap sebagai salah satu merger paling gagal dalam sejarah bisnis modern. Pada saat itu, AOL merupakan perusahaan internet terkemuka, sementara Time Warner adalah raksasa media tradisional dengan aset-aset besar seperti Warner Bros., CNN, dan Time Magazine.

Tujuan dari merger ini adalah untuk menggabungkan kekuatan digital AOL dengan konten media Time Warner. Namun, visi ini gagal terwujud karena berbagai alasan. Pertama, perbedaan budaya antara perusahaan teknologi dan media tradisional menyebabkan friksi internal. Kedua, pecahnya gelembung dot-com pada awal 2000-an mengurangi valuasi AOL secara drastis, sehingga merger ini lebih terlihat sebagai beban bagi Time Warner.

Dalam beberapa tahun setelah merger, perusahaan ini mengalami kerugian besar dan akhirnya memutuskan untuk berpisah pada tahun 2009. Kegagalan merger ini menunjukkan bahwa sinergi antara industri yang berbeda tidak selalu mudah tercapai, terutama jika ada perbedaan besar dalam budaya dan strategi.

2. Daimler-Benz dan Chrysler (1998): Ketidaksesuaian Budaya yang Fatal

Merger antara Daimler-Benz, produsen mobil Jerman yang terkenal dengan Mercedes-Benz, dan Chrysler, produsen mobil asal Amerika Serikat, juga berakhir dengan kegagalan besar. Merger yang terjadi pada tahun 1998 ini diharapkan menciptakan raksasa otomotif global dengan kekuatan di pasar Eropa dan Amerika.

Namun, kedua perusahaan memiliki perbedaan budaya yang sangat mencolok. Daimler-Benz dikenal dengan reputasi produknya yang mewah dan berfokus pada kualitas, sementara Chrysler lebih dikenal dengan kendaraan yang terjangkau untuk pasar massal. Ketidaksesuaian ini menyebabkan banyak masalah internal, termasuk perselisihan manajemen dan kesulitan integrasi operasional.

Pada tahun 2007, Daimler akhirnya menjual Chrysler, menandakan kegagalan total dari merger ini. Kasus ini menggarisbawahi pentingnya keselarasan budaya dalam merger perusahaan internasional, di mana perbedaan gaya manajemen dan strategi pasar dapat menjadi hambatan besar.

3. Quaker Oats dan Snapple (1994): Kegagalan Mengelola Akuisisi Merek Minuman

Pada tahun 1994, Quaker Oats, perusahaan makanan dan minuman terkenal, membeli Snapple, merek minuman yang sedang naik daun saat itu, dengan harapan memperluas portofolio minuman mereka. Namun, akuisisi ini berakhir dengan kegagalan dan menjadi salah satu contoh klasik dari merger yang salah strategi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun