Modernisasi Sistem Ekonomi
Urbanisasi tidak hanya memperluas skala ekonomi, tetapi juga memperdalam diversifikasi sektor ekonomi. Sebagai contoh, negara seperti Indonesia yang awalnya bergantung pada pertanian, sekarang memiliki basis ekonomi yang lebih luas, termasuk sektor industri, perdagangan, dan jasa yang berkembang pesat di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan. Ini menunjukkan bahwa urbanisasi tidak hanya berdampak pada peningkatan populasi, tetapi juga mendorong peningkatan produktivitas ekonomi dan diversifikasi sumber pendapatan negara (BPS, 2021).
Sistem ekonomi modern yang tumbuh di pusat-pusat urban juga didukung oleh peningkatan teknologi dan inovasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di kota-kota besar menjadi faktor penting dalam mempercepat transformasi ekonomi. Dengan konektivitas internet yang lebih baik, kota-kota di negara berkembang mulai terhubung dengan pasar global, menciptakan peluang bisnis baru, serta memungkinkan penetrasi modal internasional (Castells, 1996).
Tantangan yang Dihadapi
Meskipun urbanisasi membawa banyak manfaat bagi perekonomian, negara berkembang juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utama adalah meningkatnya kesenjangan ekonomi antara kota dan desa. Kota-kota yang berkembang pesat sering kali menarik lebih banyak investasi dan sumber daya, sementara daerah pedesaan tertinggal dalam hal pembangunan infrastruktur dan layanan publik. Akibatnya, terjadi ketimpangan regional yang dapat memperburuk masalah sosial dan ekonomi (Todaro & Smith, 2020).
Selain itu, urbanisasi yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan masalah sosial seperti kemiskinan perkotaan, pengangguran, serta tekanan pada infrastruktur kota seperti perumahan, transportasi, dan layanan kesehatan. Banyak kota di negara berkembang mengalami pertumbuhan populasi yang lebih cepat dibandingkan dengan kapasitas mereka dalam menyediakan layanan dasar bagi penduduknya. Fenomena ini telah terlihat di kota-kota besar seperti Mumbai, Lagos, dan Jakarta, di mana permukiman kumuh menjadi simbol dari ketidaksetaraan urban (UN-Habitat, 2020).
Reformasi Ekonomi untuk Mengelola Urbanisasi
Untuk mengatasi tantangan tersebut, banyak negara berkembang kini mulai memperkenalkan reformasi ekonomi yang lebih inklusif. Salah satunya adalah peningkatan investasi dalam infrastruktur perkotaan, seperti transportasi publik, perumahan terjangkau, serta layanan pendidikan dan kesehatan. Dengan memperbaiki kualitas hidup di kota, diharapkan bahwa urbanisasi dapat dikelola dengan lebih baik dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih merata (McKinsey Global Institute, 2016).
Selain itu, pemerintah di negara-negara berkembang juga didorong untuk meningkatkan keterhubungan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Program pembangunan desa, seperti yang dilakukan di China melalui kebijakan rural revitalization, bertujuan untuk mengurangi ketimpangan antara kota dan desa dengan mendorong pembangunan infrastruktur dan ekonomi di wilayah pedesaan. Pendekatan ini tidak hanya memperlambat laju urbanisasi, tetapi juga memastikan bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya berpusat di kota-kota besar (Li, 2020).
Urbanisasi di negara berkembang telah menciptakan dinamika baru dalam sistem ekonomi. Pergeseran dari ekonomi tradisional menuju ekonomi modern yang berbasis industri dan jasa merupakan hasil dari peningkatan populasi kota yang cepat. Meskipun urbanisasi menawarkan banyak peluang, negara berkembang juga menghadapi tantangan besar dalam mengelola dampak sosial dan ekonomi yang muncul. Dengan reformasi yang tepat, termasuk pembangunan infrastruktur, perbaikan kualitas layanan publik, serta kebijakan yang inklusif, urbanisasi dapat menjadi mesin penggerak bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang dan berkelanjutan.
Kasus Indonesia