Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Agar Badai PHK Tidak Memporak-porandakan Pasar Tenaga Kerja Nasional

20 Juni 2024   20:27 Diperbarui: 20 Juni 2024   20:54 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2024 dihadapkan dengan tantangan besar bagi pasar tenaga kerja global, terutama di sektor industri padat karya. Dampak yang tajam terhadap penyerapan tenaga kerja ketika industri-industri ini terpukul akan mempengaruhi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan sosial.

Mengapa Industri Padat Karya Rentan terhadap PHK

Industri padat karya, seperti manufaktur dan konstruksi, sering kali menjadi titik fokus dalam diskusi mengenai pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam konteks ekonomi yang sulit.

a. Siklus Permintaan yang Volatil

Industri padat karya sering kali terpukul oleh fluktuasi dalam permintaan pasar. Permintaan untuk barang manufaktur atau proyek konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dan domestik. Ketika ekonomi mengalami perlambatan, perusahaan cenderung mengurangi produksi atau menunda proyek, yang berdampak langsung pada kebutuhan tenaga kerja. Misalnya, penurunan dalam pesanan dari luar negeri dapat mengakibatkan perusahaan manufaktur mengurangi kapasitas produksinya dan mengurangi jumlah pekerja.

b. Ketergantungan pada Modal Fisik dan Investasi Besar

Industri padat karya sering memerlukan investasi modal yang signifikan dalam bentuk mesin, peralatan, dan infrastruktur. Ketika permintaan menurun, perusahaan mungkin kesulitan untuk mempertahankan pengeluaran mereka pada tingkat yang sama. Hal ini dapat mengarah pada keputusan untuk membatasi biaya operasional dengan memangkas jumlah pekerja, karena upah pekerja adalah salah satu komponen biaya yang paling fleksibel.

c. Ketergantungan pada Pasar Ekspor

Bagi banyak negara, industri padat karya seringkali berorientasi pada ekspor. Kondisi ekonomi global yang tidak stabil atau kebijakan proteksionis dari negara-negara tujuan ekspor dapat mengganggu aliran pesanan dan mengurangi kebutuhan perusahaan untuk tenaga kerja. Perusahaan yang tergantung pada ekspor sering kali menghadapi risiko yang lebih besar terhadap fluktuasi ekonomi global dan perubahan dalam regulasi perdagangan internasional.

d. Teknologi dan Otomatisasi

Perkembangan teknologi dan otomatisasi juga dapat mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia dalam industri padat karya. Meskipun ini mungkin menguntungkan dari segi produktivitas, itu juga bisa berarti bahwa perusahaan lebih cenderung untuk menggantikan pekerja manusia dengan teknologi, terutama dalam kondisi ekonomi yang sulit di mana biaya pengoperasian harus dikurangi.

e. Ketidakpastian Regulasi dan Biaya Tenaga Kerja

Perusahaan dalam industri padat karya sering menghadapi ketidakpastian terkait dengan regulasi lingkungan, keamanan kerja, dan biaya tenaga kerja. Perubahan dalam kebijakan pemerintah atau kenaikan biaya tenaga kerja dapat mendorong perusahaan untuk mengurangi anggaran tenaga kerja mereka sebagai tanggapan untuk mempertahankan profitabilitas.

Industri padat karya merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling rentan terhadap PHK dalam kondisi ekonomi yang sulit. Faktor-faktor seperti siklus permintaan yang volatil, ketergantungan pada modal fisik yang besar, orientasi pada pasar ekspor, teknologi dan otomatisasi, serta ketidakpastian regulasi dan biaya tenaga kerja semua berkontribusi terhadap kerentanan ini. Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan dan pemerintah perlu bekerja sama untuk mengembangkan strategi yang dapat memperkuat ketahanan industri padat karya dan melindungi keberlanjutan pekerjaan dalam jangka panjang.

Industri Padat Karya: Rentan terhadap Krisis Ekonomi

Industri padat karya, seperti manufaktur dan konstruksi, adalah sektor yang paling merasakan dampak ketika terjadi perlambatan ekonomi. Ketika permintaan turun, perusahaan sering kali merespons dengan mengurangi produksi atau menunda proyek, yang berdampak langsung pada penurunan kebutuhan tenaga kerja. Sebagai contoh, data dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menunjukkan bahwa dalam krisis ekonomi sebelumnya, sektor manufaktur mengalami tingkat PHK yang signifikan karena penurunan pesanan dari pasar global.

Industri padat karya, yang mencakup sektor manufaktur dan konstruksi, memiliki peran vital dalam perekonomian global dengan memberikan lapangan kerja yang besar dan berperan dalam membangun infrastruktur serta memproduksi barang konsumsi. Namun, industri ini juga terbukti sangat rentan terhadap krisis ekonomi, yang sering kali mengakibatkan PHK massal dan penurunan signifikan dalam kegiatan produksi. Artikel ini akan mengeksplorasi mengapa industri padat karya menjadi begitu rentan dalam menghadapi krisis ekonomi, serta dampak yang luas dari rentang industri ini terhadap perekonomian secara keseluruhan.

a. Siklus Permintaan yang Sensitif

Industri padat karya sangat terpengaruh oleh fluktuasi dalam siklus permintaan ekonomi. Ketika ekonomi mengalami perlambatan, baik di tingkat domestik maupun global, permintaan untuk barang manufaktur dan proyek konstruksi dapat menurun tajam. Perusahaan dalam industri ini sering kali menanggapi dengan memangkas produksi mereka untuk menyesuaikan dengan tingkat permintaan yang lebih rendah, yang berdampak langsung pada jumlah pekerjaan yang tersedia.

b. Ketergantungan pada Investasi Modal dan Infrastruktur

Industri padat karya sering membutuhkan investasi modal yang besar dalam bentuk mesin, peralatan, dan infrastruktur fisik lainnya. Ketika permintaan menurun atau proyek-proyek pembangunan tertunda, perusahaan mungkin menemukan sulit untuk mempertahankan tingkat investasi yang sama. Ini dapat mengarah pada penundaan atau penghentian proyek, serta penurunan kebutuhan akan tenaga kerja dalam jangka pendek.

c. Pengaruh Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Bagi banyak negara, industri padat karya sering kali merupakan bagian integral dari rantai pasokan global. Perubahan dalam kebijakan perdagangan internasional, seperti tarif dan hambatan perdagangan lainnya, dapat memiliki dampak langsung pada permintaan untuk produk-produk manufaktur yang diekspor. Kondisi ekonomi global yang tidak stabil atau ketidakpastian politik di negara-negara mitra perdagangan utama juga dapat mengganggu aliran pesanan dan menyebabkan perusahaan mengurangi tenaga kerja mereka.

d. Teknologi dan Otomatisasi

Perkembangan teknologi dan otomatisasi juga berkontribusi terhadap rentang industri padat karya terhadap krisis ekonomi. Meskipun otomatisasi dapat meningkatkan efisiensi produksi, penggunaan teknologi yang lebih canggih juga bisa berarti bahwa perusahaan mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia. Dalam kondisi ekonomi yang sulit, perusahaan cenderung untuk menginvestasikan lebih banyak dalam teknologi untuk mengurangi biaya operasional, yang dapat mengakibatkan PHK dalam skala besar.

e. Dampak Sosial dan Ekonomi yang Luas

Rentang industri padat karya terhadap krisis ekonomi tidak hanya mempengaruhi perusahaan dan pekerja mereka secara langsung, tetapi juga memiliki dampak yang luas terhadap perekonomian secara keseluruhan. PHK dalam skala besar dapat mengurangi daya beli masyarakat, mengurangi konsumsi rumah tangga, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara umum. Ini juga dapat meningkatkan tingkat pengangguran, menyebabkan penurunan dalam pendapatan pajak, dan mempengaruhi stabilitas sosial.

Industri padat karya memainkan peran penting dalam perekonomian global, tetapi juga terbukti sangat rentan terhadap krisis ekonomi. Faktor-faktor seperti siklus permintaan yang sensitif, ketergantungan pada investasi modal, pengaruh globalisasi, teknologi dan otomatisasi, serta dampak sosial dan ekonomi yang luas semuanya berkontribusi terhadap rentang industri ini terhadap PHK. Untuk mengurangi kerentanan ini, perusahaan dan pemerintah perlu mengadopsi strategi yang berkelanjutan untuk meningkatkan ketahanan industri padat karya dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Efek Domino ke Penyerapan Tenaga Kerja

Penurunan kegiatan di industri padat karya tidak hanya berdampak pada pekerja langsung di sektor tersebut, tetapi juga menciptakan efek domino ke sektor-sektor terkait dan sektor jasa. Pemotongan tenaga kerja di pabrik atau proyek konstruksi mengurangi daya beli individu yang terlibat, yang pada gilirannya dapat mengurangi permintaan untuk barang dan jasa dari sektor ritel, transportasi, dan layanan lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan keseluruhan dalam ekonomi lokal dan regional.

Efek domino ke penyerapan tenaga kerja adalah fenomena yang terjadi ketika penurunan jumlah pekerjaan atau PHK dalam satu sektor industri atau perusahaan mempengaruhi sektor-sektor terkait dan ekonomi secara luas. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana efek domino terjadi dalam penyerapan tenaga kerja, faktor-faktor yang menyebabkannya, serta dampaknya terhadap stabilitas ekonomi dan sosial.

a. Keterkaitan antara Sektor Ekonomi

Sektor ekonomi tidak beroperasi secara terpisah, tetapi saling terkait melalui rantai pasokan, permintaan barang dan jasa, serta ketergantungan dalam hal tenaga kerja. Ketika sebuah perusahaan atau sektor mengalami penurunan produksi atau menghadapi kebijakan pengurangan biaya seperti PHK, ini dapat langsung mempengaruhi perusahaan-perusahaan dan pekerja di sektor-sektor terkait. Sebagai contoh, penurunan dalam sektor manufaktur dapat mengurangi permintaan untuk bahan baku dari sektor pertanian atau mengurangi pesanan dari sektor transportasi untuk pengiriman barang.

b. Dampak pada Konsumsi Rumah Tangga

Penurunan jumlah pekerjaan atau pendapatan dapat mempengaruhi konsumsi rumah tangga secara luas. Ketika sejumlah besar pekerja kehilangan pekerjaan atau mengalami pengurangan upah, ini dapat mengurangi daya beli mereka untuk barang dan jasa lainnya. Hal ini kemudian mempengaruhi permintaan di sektor-sektor ritel, hiburan, perumahan, dan sektor jasa lainnya. Penurunan dalam konsumsi rumah tangga dapat mengakibatkan spiral negatif dalam ekonomi dengan lebih banyak perusahaan mengurangi produksi dan tenaga kerja untuk menyesuaikan dengan permintaan yang menurun.

c. Ketidakpastian dalam Investasi dan Pengembangan

Efek domino ke penyerapan tenaga kerja juga dapat menciptakan ketidakpastian dalam keputusan investasi dan pengembangan jangka panjang perusahaan. Ketika kondisi ekonomi tidak stabil atau ketika terjadi perlambatan dalam satu sektor, perusahaan cenderung menunda proyek-proyek pengembangan atau investasi baru yang dapat menciptakan lapangan kerja baru. Hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih tidak pasti.

d. Dampak Sosial dan Psikologis

PHK yang massal atau penurunan signifikan dalam penyerapan tenaga kerja dapat memiliki dampak sosial yang serius. Ini dapat meningkatkan tingkat kemiskinan, mengurangi stabilitas sosial, dan meningkatkan ketidakpastian dalam komunitas. Secara psikologis, kehilangan pekerjaan dapat mengakibatkan stres, kecemasan, dan penurunan kesejahteraan mental bagi individu dan keluarga mereka.

e. Perlunya Kebijakan Protektif dan Strategi Penyesuaian

Untuk mengurangi dampak negatif dari efek domino ke penyerapan tenaga kerja, penting untuk menerapkan kebijakan protektif yang melindungi pekerja dan mendukung sektor-sektor yang terkena dampak. Ini dapat mencakup insentif untuk investasi, pelatihan ulang bagi pekerja yang terkena PHK, dan dukungan finansial untuk perusahaan dalam menjaga keberlanjutan operasional mereka. Strategi penyesuaian yang adaptif juga diperlukan untuk membangun ketahanan ekonomi terhadap fluktuasi pasar yang tidak terduga.

Efek domino ke penyerapan tenaga kerja adalah fenomena kompleks yang mempengaruhi berbagai aspek ekonomi dan sosial. Keterkaitan antara sektor-sektor ekonomi dan respons terhadap kondisi ekonomi yang tidak stabil dapat memperkuat atau melemahkan ketahanan perekonomian suatu negara. Dengan adopsi kebijakan yang cerdas dan strategi penyesuaian yang tepat, negara dapat meminimalkan dampak negatifnya dan membangun fondasi ekonomi yang lebih stabil dan inklusif.

Sektor Jasa: Keberlanjutan dalam Krisis Ekonomi

Di sisi lain, sektor jasa cenderung lebih resilient dalam menghadapi perlambatan ekonomi. Layanan seperti kesehatan, pendidikan, teknologi informasi, dan keuangan sering kali mempertahankan permintaan stabil karena kebutuhan masyarakat yang tetap tinggi. Perusahaan di sektor jasa mungkin menghadapi tekanan untuk mengoptimalkan biaya dan efisiensi, tetapi dampaknya terhadap penurunan tenaga kerja cenderung lebih moderat dibandingkan dengan industri padat karya.

Di sisi lain, sektor jasa memang menunjukkan tingkat ketahanan yang lebih tinggi dalam menghadapi perlambatan ekonomi dibandingkan dengan sektor industri padat karya. Hal ini disebabkan oleh karakteristik khusus dari layanan-layanan tertentu yang tetap dibutuhkan oleh masyarakat, meskipun ekonomi sedang mengalami tekanan. Berbagai sektor jasa, seperti kesehatan, pendidikan, teknologi informasi, dan keuangan, memainkan peran kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi dalam beberapa cara berikut:

a. Permintaan yang Stabil Berdasarkan Kebutuhan Esensial

Sektor jasa seperti kesehatan dan pendidikan memberikan layanan yang dianggap esensial oleh masyarakat. Kesehatan tetap menjadi prioritas utama, baik dalam situasi ekonomi yang baik maupun buruk. Demikian pula, pendidikan dianggap sebagai investasi jangka panjang dalam sumber daya manusia, yang berarti permintaan terhadap layanan ini tetap tinggi meskipun ada fluktuasi dalam kondisi ekonomi global.

b. Ketergantungan pada Konsumsi Domestik

Banyak sektor jasa, seperti ritel, hiburan, dan perhotelan, bergantung pada konsumsi domestik yang stabil. Meskipun mungkin ada penyesuaian dalam pola belanja dan preferensi konsumen, permintaan terhadap layanan-layanan ini cenderung tetap ada dalam berbagai situasi ekonomi. Hal ini memberikan ketahanan terhadap fluktuasi pasar global yang dapat mempengaruhi sektor industri padat karya.

c. Inovasi dan Adaptasi Teknologi

Sektor jasa juga cenderung memanfaatkan inovasi teknologi dengan cepat, yang membantu mereka beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis dan mempertahankan daya saing mereka. Contohnya adalah kemajuan dalam teknologi informasi yang memungkinkan penyedia layanan keuangan dan teknologi informasi untuk terus berkembang dalam menghadapi tantangan ekonomi.

d. Respon Terhadap Kebutuhan Pasar

Ketika terjadi perlambatan ekonomi, sektor jasa sering kali lebih fleksibel dalam merespons perubahan kebutuhan pasar. Misalnya, perusahaan teknologi informasi dapat beralih fokus ke layanan digital yang lebih diminati dalam situasi di mana konsumen lebih memilih solusi online untuk memenuhi kebutuhan mereka.

e. Keterlibatan Pemerintah dan Investasi Publik

Sektor jasa sering mendapat dukungan dari investasi publik dalam infrastruktur dan layanan dasar, seperti transportasi dan pendidikan. Ini membantu menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang dengan menyediakan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan sektor ini.

Secara keseluruhan, sektor jasa menunjukkan tingkat ketahanan yang lebih tinggi terhadap perlambatan ekonomi dibandingkan dengan industri padat karya. Keberhasilan sektor ini dalam mempertahankan permintaan stabil sebagian besar disebabkan oleh sifat esensial layanan-layanan yang mereka berikan dan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan teknologi. Dalam menghadapi tantangan ekonomi di masa depan, penting untuk memahami peran strategis sektor jasa dalam mempertahankan stabilitas ekonomi dan menerapkan kebijakan yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan di sektor ini.

Strategi Perlindungan Pekerja dalam Krisis

Serikat pekerja memiliki peran penting dalam melindungi kepentingan anggotanya di tengah badai PHK. Mereka dapat mengadvokasi untuk paket kompensasi yang adil bagi pekerja yang terkena dampak PHK, serta berperan dalam negosiasi dengan pengusaha untuk mempertahankan tingkat pengurangan tenaga kerja sekecil mungkin melalui restrukturisasi atau pengalihan sumber daya.

Perlindungan pekerja adalah salah satu aspek krusial dalam keberlanjutan ekonomi dan kesejahteraan sosial suatu negara. Krisis ekonomi, seperti yang dialami dalam beberapa dekade terakhir, sering kali menghadirkan tantangan besar bagi keamanan pekerjaan dan kondisi kerja yang layak. Artikel ini akan mengeksplorasi berbagai strategi perlindungan pekerja yang dapat diterapkan untuk mengurangi dampak negatif krisis ekonomi terhadap tenaga kerja.

a. Penguatan Sistem Jaminan Sosial

Salah satu langkah utama dalam perlindungan pekerja adalah memperkuat sistem jaminan sosial. Ini termasuk jaminan kesehatan, jaminan pensiun, dan bantuan sosial untuk pekerja yang terkena dampak PHK atau pengurangan upah. Penguatan sistem ini tidak hanya memberikan jaring pengaman bagi pekerja yang rentan, tetapi juga dapat memperkuat daya beli masyarakat dalam menghadapi penurunan ekonomi.

b. Fleksibilitas dalam Kebijakan Ketenagakerjaan

Pemerintah perlu mengadopsi kebijakan ketenagakerjaan yang fleksibel untuk mengatasi krisis ekonomi. Ini termasuk stimulasi untuk perusahaan-perusahaan agar tetap mempertahankan pekerjaan, seperti insentif pajak atau bantuan gaji, serta kebijakan pelatihan ulang untuk pekerja yang terkena PHK agar dapat beradaptasi dengan perubahan pasar kerja.

c. Pelindungan Terhadap Diskriminasi Kerja

Krisis ekonomi sering kali meningkatkan risiko diskriminasi terhadap beberapa kelompok pekerja, seperti perempuan, minoritas, dan pekerja migran. Perlindungan hukum yang kuat dan penegakan yang efektif terhadap kebijakan non-diskriminasi di tempat kerja sangat penting untuk memastikan bahwa semua pekerja memiliki akses yang adil terhadap peluang kerja dan kondisi kerja yang layak.

d. Investasi dalam Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan

Meningkatkan investasi dalam pelatihan dan pengembangan keterampilan juga merupakan strategi kunci untuk melindungi pekerja selama krisis ekonomi. Program-program ini dapat membantu pekerja untuk meningkatkan daya saing mereka di pasar kerja yang berubah, mengurangi risiko PHK, dan meningkatkan mobilitas sosial melalui kesempatan pendidikan dan pelatihan yang setara.

e. Konsultasi dan Keterlibatan Bersama dengan Serikat Pekerja

Konsultasi dengan serikat pekerja dan perwakilan buruh penting dalam merancang kebijakan perlindungan pekerja yang efektif. Melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan dapat membantu memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan memenuhi kebutuhan nyata pekerja, serta memperkuat solidaritas dan keadilan sosial dalam menghadapi krisis ekonomi.

Perlindungan pekerja dalam krisis ekonomi bukan hanya tentang mempertahankan pekerjaan, tetapi juga tentang menjaga martabat dan kesejahteraan mereka sebagai anggota masyarakat. Dengan mengadopsi strategi yang holistik, termasuk penguatan sistem jaminan sosial, kebijakan ketenagakerjaan yang fleksibel, perlindungan terhadap diskriminasi, investasi dalam pelatihan keterampilan, dan keterlibatan dengan serikat pekerja, pemerintah dapat meminimalkan dampak negatif dari krisis ekonomi pada tenaga kerja dan membangun fondasi yang lebih kuat untuk pemulihan ekonomi yang inklusif.

Tantangan dan Kesempatan untuk Pemulihan Ekonomi

Meskipun tantangan yang dihadapi serikat pekerja dan masyarakat luas tidak bisa dihindari, krisis ini juga memberikan kesempatan untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan sosial. Pemerintah perlu berperan dalam menyediakan dukungan kebijakan yang tepat, termasuk insentif untuk investasi di sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan, serta program pelatihan dan pendidikan ulang bagi pekerja yang terkena PHK untuk meningkatkan keterampilan mereka.

Krisis ekonomi tahun 2024 memperlihatkan tantangan nyata bagi pasar tenaga kerja global, terutama di sektor industri padat karya yang rentan terhadap PHK. Dampaknya yang tajam terhadap penyerapan tenaga kerja menyoroti pentingnya strategi perlindungan pekerja dan keberlanjutan ekonomi dalam menghadapi tantangan ini. Dengan kolaborasi yang baik antara serikat pekerja, pemerintah, dan sektor swasta, kita dapat mengurangi dampak buruk dan memanfaatkan kesempatan untuk membangun ekonomi yang lebih tangguh dan inklusif.

Daftar Pustaka

Bureau of Labor Statistics (BLS). "Employment Situation Summary." U.S. Department of Labor, Washington, D.C., April 2024.

International Labour Organization (ILO). "Impact of Economic Crises on Employment and Labour Market Policies." ILO, Geneva, 2023.

International Labour Organization (ILO). "Impact of Economic Crises on Employment and Labour Market Policies." ILO, Geneva, 2022.

International Labour Organization (ILO). "Manufacturing Employment and Economic Recovery." ILO, Geneva, 2022.

International Labour Organization (ILO). "Protecting Workers in Economic Crises: Quick Guide Series." ILO, Geneva, 2021.

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). "Employment Outlook." OECD Publishing, Paris, 2023.

United Nations. "Social Protection Floor for a Fair and Inclusive Globalization." UN, New York, 2020.

World Bank. "Jobs and Growth: Supporting the European Recovery." World Bank Group, Washington, D.C., 2022.

World Economic Forum (WEF). "The Future of Jobs Report." WEF, Geneva, 2023.

World Economic Forum (WEF). "The Future of Manufacturing: Employment Trends and Opportunities." WEF, Geneva, 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun