"Sudah lebih dari 30 tahun suami ku menghilang dan aku mengambil alih kekuasaan, namun itu tidak semudah yang aku kira. Siluman keparat itu sudah berencana mengkudeta ku dan sekarang aku akan membalasnya." Terang Dyah Asih sembari mengepal kencang tangannya.
"Siluman keparat?" Tanya Ki Arya.
"Dia adalah Ajisana Mahardika, orang kepercayaan suami ku yang ternyata adalah seorang pembohong besar." Jawab Dyah Asih.
"Aku seperti pernah mendengar namanya, apakah dia selalu berjalan dengan terpincang-pincang dan membawa tongkat kayu dengan ukiran ular?" Tanya Ki Arya.
"Dia memang membawa tongkat kayu dengan ukiran ular, tetapi aku tidak pernah melihat dia jalan dengan terpincang-pincang." Jawab Dyah Asih.
"Tidak salah lagi, dia adalah Ajisana Mahardika, seorang siluman penyihir yang sedang mencari cara untuk awet muda dan hidup abadi. Dia memang tak hidup selama Baginda Ratu, tetapi kekuatannya tidak bisa di anggap remeh, ya walaupun masih kalah dengan kekuatan ku ini." Jelas Ki Arya.
"Aku tahu dia memang kuat sehingga suami ku mempercayainya, tetapi, cara untuk awet muda dan hidup abadi?" Tanya Dyah Asih.
"Hmm aku rasa anda beruntung anda bisa lari dari sana, dan aku yakin dia pasti masih mengincar nyawa anda atau mencari letak dimana senjata itu di segel." Jawab Ki Arya.
"Senjata apa yang di segel?" Tanya Maheswara.
"Warugeni. Senjata Pusaka Raja Siluman Suratreta. Walaupun aku tidak bisa merasakan jiwa nya tapi aku masih bisa merasakan keberadaan Warugeni, dia berada di sebuah tempat yang jauh dari sini. Alasan kenapa anda tidak bisa memanggil nya selain karena sirkulasi aliran energi yang tersumbat, adalah karena senjata itu telah di segel. Dan aku yakin cepat atau lambat Ajisana akan tahu soal hal itu. Untuk penyebab tersumbatnya sirkulasi aliran energi anda kemungkinan karena Ajisana juga." Terang Ki Arya.
"Dengan kata lain, suami ku sudah tiada? Hiks.." Dyah Asih terlihat terguncang, dia tak bisa menahan air matanya. Maheswara hanya bisa diam memperhatikan.