Pada akhirnya aku melepas genggaman tanganku dari ponsel itu. Ingatan-ingatan tersebut telah selesai diputar ulang. Nyatanya memang tidak ada orang yang betul-betul lupa. Yang ada hanyalah mereka yang tidak ingin memanggil ingatannya kembali. Sampai pada suatu waktu ingatan itu akan muncul sendiri. Bukan untuk dihindari, namun untuk dihadapi. Takdir itu mungkin tercatat cukup buruk, tapi ia–Arga, selalu baik untuk diingat dalam kenanganku.
Beberapa saat kemudian aku berdiri kembali sambil membawa kotak-kotak itu ke depan teras. Aku memilih benda-benda apa saja yang bisa disumbangkan dan dibuang. Buku-buku dan boneka, tentu masih layak untuk diwariskan. Tapi tas dan telepon genggam yang rusak itu, sepertinya inilah waktu yang tepat untuk mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal.
Besok, berkat beasiswa yang kuperoleh, aku juga akan mulai menghidupi salah satu keinginan yang pernah aku katakan kepadanya. Akhirnya, Arga, impian kita sama-sama terwujud.
Oleh : Syahrul Chelsky & Derby Asmaningrum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H