Mohon tunggu...
Syahrul Anami
Syahrul Anami Mohon Tunggu... Lainnya - Simultan Writer

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Banteng Laut: Balas Rugi Atas Ikan yang Dicuri

31 Mei 2024   23:44 Diperbarui: 31 Mei 2024   23:48 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh karena itu, lebih baik Indonesia memberikan sedikit perlawanan. Bukan tembakan meriam, luncur roket, maupun bom. Melainkan, membuat sebuah attachment khusus bernama "Banteng Laut" pada kapal-kapal kita. 

Banteng Laut adalah istilah yang penulis pakai untuk sebuah attachment tambahan pada kapal, entah itu Coast Guard ataupun kapal biasa. Banteng Laut, dalam ide penulis, merupakan sebuah tanduk tajam terbuat dari bahan baja ataupun sejenisnya. 

Tanduk ini dipasang di bawah haluan kapal, seolah-olah sebagai pemecah ombak. Namun sebenarnya tanduk ini difungsikan untuk mempenetrasi kompartemen dan menyebabkan kerusakan pada kapal yang ditabrak.

Banteng Laut harus lebih panjang dari haluan. Bentuknya seperti tombak, entah itu dengan diameter berbentuk bulat sempurna, ataupun dibuat pipih seperti pisau dengan posisi terbalik. 

Tujuan utama dari Banteng Laut adalah memberikan kerusakan kompartemen pada lambung kapal Coast Guard China, maupun kapal-kapal lainnya yang melakukan pelanggaran di ZEE Indonesia. Lambung kapal sendiri berfungsi untuk memberikan daya apung (Kurniawan, 2022). 

Sehingga, kerusakan pada lambung kapal, seperti kebocoran, akan merusak daya apung dan berpotensi untuk tenggelam. Maka, kapal asing yang ditabrak menggunakan Banteng Laut mesti keluar dari wilayah LNU untuk bersandar dan melakukan perbaikan kebocoran. 

Kegiatan menabrak kapal, penulis nilai sebagai tindakan yang tidak lebih ofensif dibandingkan memuntahkan meriam atau roket. Sehingga, hal yang perlu diperhatikan hanyalah frekuensi tabrakan dengan kapal asing agar gesekan fisik tetap dalam ambang batas yang tidak menghasilkan perang.  

Dengan begini, Indonesia setidaknya memberikan perlawanan terhadap kehadiran kapal asing yang melanggar di ZEE kita. Perlawanan tidak selalu soal perang. Membuat kapal patroli negara pelanggar mengalami kerusakan pun dapat disebut demikian. Perlawanan seperti ini memang kecil, tetapi setidaknya membuat negara pelanggar harus mengalokasikan biaya kerusakan. 

Merujuk pada alasan dan penjelasan sebelumnya, kita sulit memperoleh kepastian atas mundurnya China dari Laut Natuna Utara. Hal demikian, tentu, dilatari oleh kedigdayaan China atas Indonesia dalam bidang militer, ekonomi, dan pembangunan. Indonesia tak memiliki kartu as untuk mengusir China, hanya ada diplomasi berserta tarik ulur penyelesaian, yang pada dasarnya tetap menguntungkan China di LNU dengan memberikan mereka waktu untuk menyempurnakan rencananya. 

Sebab itu, dengan menempatkan Banteng Laut di bawah haluan, setidaknya dapat meladeni keberadaan kapal-kapal China tanpa mengeluarkan tembakan. Yang perlu dilakukan cukup dengan merusak kompartemen kapal yang berbuah pada eskalasi biaya operasional China. 

Kita mungkin belum bisa mengusir secara permanen dalam waktu dekat dengan armada militer dan kondisi pembangunan saat ini. Namun, setidaknya dengan Banteng Laut, kita memberikan perlawanan yang merugikan sebagai balas dari ikan-ikan yang telah diambil.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun