Meski begitu, dari awal saya memang tidak berkeinginan untuk kredit konsumsi. Baik itu kredit rumah, kendaraan atau kredit barang elektronik. Saya berusaha untuk membeli barang dalam bentuk cash.
c. Atur Gaya Hidup
Gaji boleh besar, bonus tahunan boleh bertambah, tapi gaya hidup harus tetap terjaga. Toh pada akhirnya dengan makan 3 kali sehari kita sudah kenyang. Gaya hidup tidak perlu muluk, makan tidak harus selalu di restoran.
Untung saja, di Khartoum ini tidak banyak restoran dan kafe menarik yang bisa saya kunjungi. Godaan untuk jajan menjadi kecil. Apalagi di tengah wabah corona, diam di rumah membuat saya jarang jajan.
d. Beli Gawai Seperlunya
Sudah lima (5) tahun lebih saya bekerja di luar negeri dan semua gawai yang saya miliki dibeli dalam kondisi bekas pakai. Membeli gawai dalam kondisi second bisa sedikit mengirit pengeluaran saya. Meski selisihnya hanya 50 atau 100 USD, itu adalah sebuah penghematan. Uangnya bisa kita pakai untuk keperluan lain atau kita tabung.
e. Save Money and Money Will Save You
Di kala kita memiliki tubuh yang sehat, pendapatan yang lancar, serta pengeluaran yang relatif stabil, maka itu adalah waktu terbaik untuk menabung. Tabungan bisa dalam bentuk uang cash, logam mulia atau perhiasan, sebidang tanah, atau reksadana dan saham. Dalam kondisi terjepit, tabungan tersebut bisa kita gunakan.
f. Hidup Sederhana Adalah Kunci
Hidup normal dengan kasur empuk, kulkas untuk menyimpan bahan makanan selama 3-4 hari ke depan, serta punya kompor gas, ini sudah lebih dari cukup untuk hidup normal.
Baru-baru ini sedang viral cerita di twitter tentang seorang karyawan dengan gaji 80 juta per bulan yang terkena lay off, lalu ia mulai kesusahan membayar cicilan. Masalah tersebut merembet ke masalah rumah tangga hingga terancam cerai.
Apa yang bisa kita pelajari?
Salah satu pelajarannya adalah jangan sampai punya cicilan. Nabung sampai uangnya cukup, baru beli. Kalau belum bisa beli, bisa sewa ketika butuh. Hiduplah secara sederhana.
Kredit bukanlah sesuatu yang buruk, asalkan tidak berlebihan. Pastikan kita paham kemampuan kita, apa resikonya, apakah keluarga kita bisa terimbas bila kita gagal bayar, dan sebagainya.
Salah satu penyebab perceraian bagi rumah tangga di Indonesia adalah karena masalah keuangan. Ketidaknyamanan keuangan akan berimbas pada ketidaknyamanan perasaan hingga berujung perceraian.