Mohon tunggu...
Rohmat Syahru Romadlon
Rohmat Syahru Romadlon Mohon Tunggu... Teknisi - Blogger, Traveler, Farmer

Saya lima tahun tinggal di Mesir dan Sudan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kamu Buruh Migran? Yuk Kelola Keuanganmu dengan Cara Ini

29 April 2020   05:42 Diperbarui: 29 April 2020   05:46 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyebab perceraian di IndonesiaSumber gambar: Badilag Mahkamah Agung via harnas.co

Saat ini di seluruh dunia sedang dilanda pandemik corona. Bukan hanya di Indonesia, pandemik ini juga melanda negara tempat saya bekerja yaitu negara Sudan di benua Afrika.

Hingga hari ini 28 April 2020, sudah ada 318 pasien positif Corona, 25 meninggal dan 31 sembuh. Pemerintah Sudan memberlakukan total lockdown di kota Khartoum selama 3 minggu mulai tanggal 18 April 2020 hingga 7 Mei 2020. Keputusan ini bisa diperpanjang apabila belum ada tanda-tanda yang membaik.

Bagi seorang buruh migran seperti saya, pandemik ini membawa banyak perubahan terutama di masalah keuangan. Beberapa prinsip yang saya terapkan dan mungkin bisa juga ditiru oleh para buruh migran yang saat ini berada di luar negeri antara lain:

1. Menentukan Risiko Diri

Risiko diri dan keluarga kita sendiri yang tahu. Poin-poin yang saya terapkan untuk menentukan resiko yaitu:

  • Berapa anggota keluarga yang harus dinafkahi?
  • Adakah hutang yang harus segera dilunasi?
  • Apakah orang tua masih bekerja atau menjadi tanggungan kita?
  • Apakah kita atau keluarga kita punya riwayat penyakit yang sewaktu-waktu bisa kambuh dan membutuhkan biaya besar?

Dari beberapa pertanyaan tersebut, kita bisa menentukan seberapa besar resiko yang ada apabila kita tiada dan tidak ada lagi pendapatan untuk keluarga di Indonesia.

Risiko-risiko tersebut yang menentukan bahwa setiap bulan saya harus menabung sekian rupiah, menyisihkan uang untuk dikirim ke adik-adik yang masih sekolah, menyisihkan uang untuk keperluan THR lebaran bagi handai taulan, dan sebagainya. Semakin besar resiko, maka uang yang disisihkan untuk tabungan harus semakin besar.

2. Dana Darurat, Investasi dan Kebutuhan Sehari-hari

Kondisi fisik dan kesehatan setiap orang tentu berbeda. Kita tidak selamanya dalam kondisi sehat. Akan tiba masa dimana kita merasakan sakit dan harus mengeluarkan biaya untuk berobat.

Saya bersyukur karena di Sudan ini saya mendapatkan coverage asuransi. Saya memiliki kartu asuransi dari Islamic Insurance Co. Ltd. Kartu ini bisa dipakai di hampir semua rumah sakit di Khartoum. Saya pernah menggunakannya untuk berobat sakit gigi hingga operasi hemorrhoids. Dan hampir 99% biaya tersebut ditanggung oleh asuransi ini. Sisanya yang 1% saya bayar sendiri, terutama untuk pembelian di apotik.

Berbeda lagi dengan kondisi istri dan anak saya yang berada di Indonesia. Mereka tidak memiliki fasilitas asuransi. Tentu saja saya berharap mereka tidak akan pernah sakit hingga harus dirawat di rumah sakit. Namun persiapan biaya, saya dan istri sudah menyiapkan dana ini.

a. Dana Darurat

Kebutuhan dana darurat saya hitung dengan prinsip: Berapa bulan keluarga saya akan bertahan apabila saya tidak lagi memiliki pendapatan.

Rumus yang saya gunakan: 12 bulan x pengeluaran rata-rata bulanan.

Uang cash ini harus selalu ada di tabungan dan tidak boleh diotak-atik. Dalam kondisi terdesak, saya dapat memakainya. Namun di bulan berikutnya, uang yang saya pinjam dari dana darurat ini harus saya kembalikan. Prinsipnya adalah disiplin.

b. Investasi Saham dan Reksadana

Menjadi buruh migran membuat saya punya waktu luang untuk belajar. Malam hari sepulang kerja, saya menyempatkan waktu untuk belajara tentang reksadana dan pasar saham. Alhasil selama 3 tahun ini, saya punya tabungan di reksadana dan beberapa lot saham. Jumlahnya tidak seberapa namun setidaknya saya sudah mulai berinvestasi.

Apabila teman-teman buruh migran sekarang memiliki uang di tabungan, saya sarankan untuk membeli beberapa lot saham sekarang. Kondisi pasar saham sedang memburuk, banyak saham dijual murah. Dengan uang Rp1.000.000,- kita bisa mendapatkan beberapa lot saham dengan harga obral.

Bukan hanya saham dan reksadana, saya juga berinvestasi dengan cara menulis blog. Saya menyewa hosting blog, membeli domain, dan membeli template blog yang bagus supaya blog saya dibaca orang. Namanya investasi tentunya kita mengharapkan sebuah imbal balik dari dana yang kita tanam. Meskipun sedikit, saat ini blog saya sudah menghasilkan pendapatan dari iklan Google Adsense.

c. Kebutuhan sehari-hari

Untuk kebutuhan sehari-hari, terutama untuk belanja bahan makanan, saya patungan dengan kawan serumah saya. Saya mematok dalam satu bulan maksimal menghabiskan uang 100 USD untuk keperluan belanja makanan.

Kebutuhan makan setiap orang tentu berbeda. Harga kebutuhan pokok di setiap negara pasti tidak sama. Namun dengan mematok secara pasti dana darurat, dana investasi dan dana untuk kebutuhan sehari-sehari, hal ini sudah cukup membantu dalam upaya cerdas berperilaku di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian ini.

Tiga (3) poin di atas saya terapkan secara serius untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di keluarga saya.

3. Tips Mengelola Uang bagi Buruh Migran

Harapan bekerja di luar negeri adalah kita ingin mendapatkan pendapatan yang besar dan bisa menabung lebih banyak. Tidak selamanya kita akan terus bekerja di luar negeri. Pada suatu waktu, kita akan pulang dan berkarya di tanah air. Karena itu, saya menerapkan cara cerdas berperilaku untuk menekan pengeluaran saya. Beberapa cara tersebut antara lain:

a. Sewa Rumah Bersama Teman

Biaya sewa rumah di Khartoum saat ini berkisar 150 USD ke atas. Fasilitas yang didapat boleh dibilang lengkap, ada furnitur sederhana, tempat tidur, TV, kulkas, kompor gas dan perabotan dapur untuk memasak. Ruma ini kami sewa seharga 160 USD per bulan. Masing-masing patungan 80 USD.

Untuk menghemat biaya makan, kami masak sendiri di rumah. Hanya seminggu sekali kami makan di luar. Cara ini cukup bisa menekan pengeluaran bulanan kami.

b. Tidak Mengajukan Kredit 

Harus saya akui, pendapatan dengan menjadi buruh migran di luar negeri gajinya memang besar. Dengan jabatan yang sama, misalkan operator atau foreman, gaji di luar negeri lebih besar nominalnya dibanding gaji di Indonesia.

Meski begitu, dari awal saya memang tidak berkeinginan untuk kredit konsumsi. Baik itu kredit rumah, kendaraan atau kredit barang elektronik. Saya berusaha untuk membeli barang dalam bentuk cash.

c. Atur Gaya Hidup

Gaji boleh besar, bonus tahunan boleh bertambah, tapi gaya hidup harus tetap terjaga. Toh pada akhirnya dengan makan 3 kali sehari kita sudah kenyang. Gaya hidup tidak perlu muluk, makan tidak harus selalu di restoran.

Untung saja, di Khartoum ini tidak banyak restoran dan kafe menarik yang bisa saya kunjungi. Godaan untuk jajan menjadi kecil. Apalagi di tengah wabah corona, diam di rumah membuat saya jarang jajan.

d. Beli Gawai Seperlunya

Sudah lima (5) tahun lebih saya bekerja di luar negeri dan semua gawai yang saya miliki dibeli dalam kondisi bekas pakai. Membeli gawai dalam kondisi second bisa sedikit mengirit pengeluaran saya. Meski selisihnya hanya 50 atau 100 USD, itu adalah sebuah penghematan. Uangnya bisa kita pakai untuk keperluan lain atau kita tabung.

e. Save Money and Money Will Save You

Di kala kita memiliki tubuh yang sehat, pendapatan yang lancar, serta pengeluaran yang relatif stabil, maka itu adalah waktu terbaik untuk menabung. Tabungan bisa dalam bentuk uang cash, logam mulia atau perhiasan, sebidang tanah, atau reksadana dan saham. Dalam kondisi terjepit, tabungan tersebut bisa kita gunakan.

f. Hidup Sederhana Adalah Kunci

Hidup normal dengan kasur empuk, kulkas untuk menyimpan bahan makanan selama 3-4 hari ke depan, serta punya kompor gas, ini sudah lebih dari cukup untuk hidup normal.

Baru-baru ini sedang viral cerita di twitter tentang seorang karyawan dengan gaji 80 juta per bulan yang terkena lay off, lalu ia mulai kesusahan membayar cicilan. Masalah tersebut merembet ke masalah rumah tangga hingga terancam cerai.

Apa yang bisa kita pelajari?

Salah satu pelajarannya adalah jangan sampai punya cicilan. Nabung sampai uangnya cukup, baru beli. Kalau belum bisa beli, bisa sewa ketika butuh. Hiduplah secara sederhana.

Kredit bukanlah sesuatu yang buruk, asalkan tidak berlebihan. Pastikan kita paham kemampuan kita, apa resikonya, apakah keluarga kita bisa terimbas bila kita gagal bayar, dan sebagainya.

Salah satu penyebab perceraian bagi rumah tangga di Indonesia adalah karena masalah keuangan. Ketidaknyamanan keuangan akan berimbas pada ketidaknyamanan perasaan hingga berujung perceraian.

4. Kontribusi Buruh Migran Untuk Indonesia

Kalau kita lihat berita di media elektronik, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS saat ini tidak stabil dan cenderung melemah. Sebagai seorang buruh migran, beberapa cara cerdas berperilaku yang bisa kita lakukan untuk Indonesia antara lain:

  • Ketika nilai tukar rupiah melemah, kita bisa mengirimkan tabungan kita yang dalam bentuk USD untuk dikonversi menjadi rupiah. Secara tidak langsung, ada dua (2) keuntungan yang didapat. Satu, negara mendapatkan pasokan USD dari kita; dan dua kita diuntungkan karena uang rupiah yang kita terima di tanah air lebih banyak karena nilai tukarnya sedang merosot. 
  • Pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut terimbas karena adanya corona. Dengan tabungan yang kita miliki, kita bisa membeli beberapa lot saham blue chip. Dengan membeli saham, kita ikut membantu supaya pasar saham tidak terperosok terlalu dalam. Kita beli dengan harga murah, nanti ketika harganya naik bisa kita jual.
  • Bulan Ramadan sudah datang dan tentunya kita ingin berlebaran dengan keluarga di kampung halaman. Kontribusi saat ini yang bisa kita lakukan adalah dengan menunda mudik ke tanah air. Hal ini sudah cukup membantu dalam upaya pencegahan penyebaran virus corona di keluarga kita. Uang yang seharusnya kita pakai untuk mudik pun bisa kita kirim untuk keluarga di rumah.

Itulah beberapa hal yang saat ini bisa saya lakukan sebagai seorang buruh migran supaya kondisi makroprudensial aman terjaga.

Bagi rekan-rekan buruh migran yang saat ini bekerja di luar negeri, tetap jaga kesehatan dan mari kita berdoa supaya wabah ini segera mereda. Meskipun kita berada di luar negeri dan jauh dari keluarga, ada banyak hal yang bisa kita lakukan secara langsung maupun tidak langsung untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun