Membaca tulisan sejarah merupakan suatu aktivitas yang menarik dan seringkali membuat pembacanya penasaran. Karena dengan membaca tulisan-tulisan sejarah kita dapat merekonstruksi kejadian atau peristiwa masa lampau yang terkait dengan kehidupan manusia. Dengan membaca tulisan-tulisan sejarah kita akan mendapatkan banyak manfaat antara lain sebagai berikut, Pertama kita akan mengetahui latar belakang atau asal mula dari sebuah peristiwa; Kedua dengan membaca sejarah kita mampu membandingkan realitas saat ini dengan relitas masa lampau dan mengetahui perubahannya; Ketiga dari sejarah kita bisa mengambil hikmah serta nilai-nilai dari peristiwa yang sudah terjadi sehingga dapat mempersiapkan masa mendatang dengan lebih baik.
Ketika mendengar kata sejarah seringkali mendapat kesan sebagai sesuatu hal yang membosankan, bacaan yang penuh dengan hafalan berbagai peristiwa masa lampau, dan seringkali kita juga bingung apa manfaat dari membaca tulisan sejarah. Namun perlu di pahami bahwa sejarah sebenarnya tidak hanya membahas peristiwa-peristiwa penting seperti sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sejarah perang, dan lain sebagainya. Sejarah pada hakikatnya membahas seluruh hal yang berkaitan dengan manusia seperti sejarah fashion, sejarah kuliner, sejarah militer, sejarah ekonomi, sejarah maritim, dan masih banyak lagi.
Tulisan sejarah dalam penyajiannya pun juga beragam antara satu tulisan dengan tulisan lainnya. Gaya penyajian tulisan sejarah berdasarkan ilmu sejarah disebut sebagai Historiografi. Historiografi merupakan gaya atau cara penulisan untuk merekonstruksi masa lampau berdasarkan data dan fakta-fakta yang diperoleh melalui penelitian sejarah. Jadi, historiografi dapat disebut sebagai langkah terakhir dari penelitian sejarah yakni menuliskannya hingga menjadi suatu bacaan sejarah yang utuh dan siap di publikasikan.
Historiografi memiliki beberapa macam diantaranya yaitu historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi modern. Historiografi tradisional dapat kita jumpai pada kitab-kitab seperti Kitab Mahabarata, Kitab Ramayana, Kitab Pararaton, dan lain-lain. Historiografi kolonial adalah historiografi yang lebih berfokus pada sejarah kolonial dan di dominasi oleh peran orang-orang Eropa. Sedangkan historiografi modern adalah pemaparan sejarah berdasarkan metode penelitian sejarah, menggunakan ilmu bantu sejarah, dan rekonstruksi sejarah lisan.
Tulisan ini akan mengajak Anda untuk mengenal historiografi lebih jauh dengan metode perbandingan dua buku sejarah yang membahas tema sejenis. Dengan melakukan perbandingan dua buku sejarah yang membahas tema sejenis maka kita akan mengetahui bagaimana sejarah ditulis dan disajikan kepada pembaca. Dengan melakukan perbandingan ini kita juga akan memahami alasan mengapa penyajian tulisan sejarah yang membahas tema sejenis bisa berbeda antara satu buku dengan buku lainnya.
Dari sekian banyak tema sejarah yang dibahas saya memilih tema sejarah maritim nusantara. Saya memilih tema sejarah maritim nusantara karena kecintaan saya kepada Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah laut lebih luas daripada luas daratan. Tentu, sebagai warga negara Indonesia kita patut bangga memiliki wilayah laut yang begitu luas beserta potensi dan kekayaan di dalamnya. Oleh karena itu saya memilih tema sejarah maritim nusantara agar semakin memperkuat rasa cinta saya kepada Indonesia.
Perbandingan historiografi yang saya lakukan menggunakan dua buku bertemakan sejarah maritim. Buku pertama berjudul “Sejarah Maritim Indonesia : Menelusuri Jiwa Bahari Bangsa Indonesia dalam Proses Integrasi Bangsa (Sejak Jaman Prasejarah hingga Abad XVII)”, buku tersebut diterbitkan oleh Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro Semarang yang bekerjasama dengan Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati. Untuk pembandingnya saya menggunakan buku yang berjudul “Sejarah Maritim Indonesia” karya Hakim Bernadie SP yang diterbitkan oleh Dewan Maritim Indonesia.
Secara umum isi dari buku ini membahas tentang aktivitas pelayaran bangsa Indonesia pada masa kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia; masa awal abad ke-17 M; serta masa pasang surut kerajaan maritim di Indonesia seperti Sriwijaya, Singasari, Majapahit, Samudra Pasai, Demak, Banten, Cirebon, Aceh, Malaka, Makassar, Ternate, dan Banjarmasin. Selain itu, buku ini juga membahas mengenai kota-kota Pelabuhan dan kehidupan sosial ekonominya; pelayaran dan perkembangan teknologi navigasi; jaringan perdagangan dan investasi modal; kehidupan masyarakat maritim; foklor tentang laut; komunikasi antar budaya atau perjumpaan budaya lokal dengan budaya luar.
Pembahasan di buku ini dibagi menjadi menjadi 6 bab yang terdiri dari Pendahuluan; Datangnya nenek moyang bangsa Indonesia; Kerajaan Maritim di Indonesia; Ekspansi Ekonomi Maritim dan Jaringan antar daerah; Komunikasi Lintas Budaya dan Perkembangan Budaya Maritim sebagai Fondasi Integrasi Bangsa; serta ditutup dengan Kesimpulan. Penulisan buku ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat langkah yaitu pengumpulan sumber sejarah (heuristik), kritik terhadap sumber sejarah, analisis dan interpretasi terhadap fakta-fakta sejarah, dan penulisan sejarah (historiografi). Sumber-sumber sejarah yang digunakan adalah laporan perjalanan, peta kuno, dan buku kuno yang sejaman.
Pada bagian awal di bab I dijabarkan mengenai konsep Indonesia sebagai negara kepulauan, dari penjelasan konsep dasar tersebut ditarik kepada penjelasan yang lebih dalam yakni pembagian wilayah laut Indonesia yang terdiri dari Laut Jawa, Laut Flores, dan Laut Banda. Kemudian membahas tentang perlunya penulisan kembali sejarah maritim Indonesia. Adapun fokus pembahasan pada subbab ini yakni mengenai bagaimana sejarah maritim dan komunikasi lintas budaya dapat menjadi dasar bagi proses integrasi masyarakat Indonesia.