Narasumber III, Diva menambahkan selama menggunakan KCIC tidak pernah ada gangguan. Ia menuturkan, "Sejauh aku pakai KCIC ga pernah ada orang yang bener-bener mengganggu sih, so far aman-aman aja."
Narasumber V dan VI, yaitu Anggoro dan Jali sebagai pengguna kereta konvensional Argo Parahyangan juga memiliki pendapat yang sama, yakni selama perjalanan menggunakan kedua kereta tersebut mereka tidak merasa terganggu dengan penumpang lain, tetapi ketika kereta sedang penuh akan terasa sulit jika ingin membeli makanan di gerbong restorasi karena beberapa stok makanan sudah habis.
Pendapat lain dibubuhkan oleh narasumber III, Ana. Beliau kurang nyaman dengan kereta konvensional. "Kalau se-pengalaman saya, di kereta konvensional banyak nyamuk, jadi kurang nyaman dan ada pengguna lain yang terkadang berisik," jelasnya.
Ada pendapat dari Narasumber VII, menurut pengalaman Ibu Mona menaiki Kereta Konvensional Argo Parahyangan, beliau kurang nyaman dengan kurang bersihnya toilet di kereta dan kurangnya persediaan makanan di kereta, sehingga ketika perjalanan berlangsung tidak mendapatkan makanan. dan pelayanannya yang kurang baik membuat tidak nyaman.
Berdasarkan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun kereta cepat Whoosh menawarkan suasana yang tenang dan fasilitas lebih nyaman, tidak semua pengguna merasa adanya perbedaan signifikan dalam hal kenyamanan dan interaksi sosial dibandingkan dengan kereta konvensional. Beberapa narasumber, seperti Bayu, merasa lebih nyaman dengan pengguna kereta cepat yang lebih tertib, sementara Raisya dan Diva tidak merasa terganggu oleh penumpang di kedua moda tersebut. Namun, Anggoro, Jali, Ana dan Ibu Mona menyebutkan ketidaknyamanan yang dialami di kereta konvensional, seperti kebersihan yang kurang, suasana berisik, serta persediaan makanan dan kebersihan toilet yang tidak memadai. Secara keseluruhan, pengalaman perjalanan sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik kereta dan preferensi individu terhadap suasana perjalanan.
d. Kepala Humas Daerah Operasional 1 Jakarta Â
Pak Tohari (Kepala Humas Daerah Operasional 1 Jakarta) menjelaskan bahwa setiap kebijakan yang diambil oleh perusahaan, khususnya yang terkait dengan tarif dan waktu tempuh, selalu didasarkan pada riset dan survei. Perusahaan secara rutin melakukan survei terhadap pelanggan untuk memahami preferensi mereka, baik dari sisi tarif yang dianggap wajar maupun waktu tempuh yang efisien. Survei ini juga mencakup umpan balik tentang kenyamanan perjalanan dan kebutuhan pelanggan terhadap layanan kereta api. Berdasarkan hasil survei ini, perusahaan berusaha untuk terus meningkatkan layanan, baik dalam hal penyesuaian tarif yang sesuai dengan daya beli masyarakat, maupun dalam meningkatkan efisiensi waktu perjalanan. Komitmen perusahaan adalah untuk selalu memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan, agar pengguna merasa puas dan nyaman menggunakan layanan kereta api.
Antusiasme pelanggan terhadap layanan kereta api sangat bervariasi tergantung pada hari dan periode waktu tertentu. Pada hari kerja, jumlah penumpang biasanya lebih stabil dan terdistribusi sepanjang hari, dengan puncak lonjakan penumpang terjadi pada jam-jam sibuk, seperti pagi dan sore hari. Sebaliknya, pada hari libur atau hari-hari besar seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, jumlah penumpang bisa meningkat secara signifikan. Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang pada periode tersebut, perusahaan melakukan penambahan jumlah perjalanan, termasuk menambah jumlah kereta dan jadwal keberangkatan. Hal ini bertujuan agar pelanggan tetap dapat melakukan perjalanan dengan nyaman tanpa perlu menunggu terlalu lama. Selain itu, pada akhir pekan juga terlihat adanya peningkatan jumlah penumpang, meskipun tidak setinggi saat liburan panjang. Kenaikan ini biasanya terjadi saat ada libur sekolah, atau saat ada acara khusus yang menarik minat banyak orang.
Pak Tohari juga menjelaskan perbedaan yang signifikan dalam penjualan tiket antara periode harga normal dan promo. Saat harga tiket normal, meskipun penjualan cenderung stabil, jumlah pembelian tiket tidak sebanyak saat ada promo harga. Pada saat harga promo, terutama yang diselenggarakan pada periode-periode tertentu seperti Lebaran, Natal, atau Tahun Baru, pelanggan sangat antusias dan berebut untuk mendapatkan tiket dengan harga lebih murah. Promo harga ini memang dirancang untuk menarik lebih banyak pelanggan, terutama bagi mereka yang sebelumnya mungkin tidak berencana bepergian, namun tertarik karena adanya diskon atau potongan harga. Dampaknya terhadap penjualan tiket sangat terlihat, karena pada periode promo, penjualan tiket mengalami lonjakan yang sangat signifikan dibandingkan dengan harga normal. Selain itu, harga promo juga memberikan kesempatan bagi pelanggan yang mencari tiket dengan harga lebih terjangkau, sehingga perusahaan bisa mengoptimalkan kapasitas dan pendapatan pada periode tersebut. Meskipun harga promo lebih rendah, keberhasilan program ini terletak pada volume penjualan yang jauh lebih tinggi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan perusahaan meskipun harga tiket lebih murah.
2. Pembahasan
a. Perbedaan Efektivitas Kinerja antara Kereta Cepat Whoosh dan Kereta Konvensional Argo Parahyangan