Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sapuan Warna Harapan

22 Januari 2025   10:33 Diperbarui: 22 Januari 2025   10:33 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Meta AI 

"Dulu, Deni suka main di taman seperti itu," ucap Mira, lebih kepada dirinya sendiri.  

"Deni? Putra Ibu yang pelukis itu?" tanya Pak Karyo, menatapnya dengan penasaran.  

Mira mengangguk pelan. "Dia anak yang penuh semangat. Dia selalu bilang ingin jadi pelukis terkenal. Katanya, 'Mama nggak usah kerja keras lagi, Deni nanti yang akan bikin Mama bahagia.' Bahkan saat ada ulangan, dia tetap melukis."  

Ia berhenti berbicara, membiarkan kenangan itu mengalir. Ia bisa membayangkan Deni duduk di lantai kamar, memegang kuas dan palet warna, sementara dirinya berdiri di pintu, memintanya makan malam.  

"Setiap kali saya memarahinya karena lupa makan, dia hanya tertawa," Mira melanjutkan. "'Kalau Deni jadi pelukis terkenal, Mama pasti bangga, kan?' katanya waktu itu."  

Pak Karyo tersenyum kecil. "Lalu, apa yang terjadi, Bu? Kenapa saya tidak pernah dengar tentang lukisannya lagi?"  

Mira terdiam sejenak. Suaranya berat ketika akhirnya ia berkata, "Kami kehilangan Deni ketika dia berusia lima belas tahun."  

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gemuruh emosinya. Suaranya bergetar saat ia mulai bercerita, seolah setiap kata yang keluar membawanya kembali ke malam yang telah mengubah segalanya.  

"Malam itu..." Mira menghentikan sejenak, menatap ke kejauhan seperti melihat bayangan masa lalu. "Deni baru selesai dari les melukis. Ia menelepon saya, bilang akan pulang sedikit terlambat karena ingin menyelesaikan sketsa untuk tugasnya. Saya bilang, 'Hati-hati di jalan, Nak.' Saya tidak pernah tahu itu akan menjadi terakhir kalinya saya mendengar suaranya tanpa rasa sakit."  

Ia menelan ludah, matanya mulai berkaca-kaca. "Deni berjalan kaki malam itu. Katanya, ia ingin menghemat uang untuk membeli cat minyak baru. Tapi saat ia menyeberang jalan dekat persimpangan... sebuah mobil melaju kencang dan menabraknya."  

Pak Karyo terdiam, menunggu Mira melanjutkan dengan sabar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun