Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Warung Kopi Tiga Generasi

14 Januari 2025   00:01 Diperbarui: 14 Januari 2025   05:10 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Meta AI 

Malam itu, di dermaga tempat mereka dulu sering menghabiskan waktu, Verdi dan Lestari duduk dalam diam yang nyaman. Suara ombak memecah kesunyian, membawa aroma laut yang familiar.

"Maaf aku pergi begitu saja," Verdi akhirnya berkata.

Lestari menggeleng pelan. "Kita masih muda waktu itu. Punya mimpi masing-masing."

"Dan sekarang?"

"Sekarang kita lebih dewasa," Lestari menatap laut. "Tahu bahwa kadang, rumah adalah tempat terbaik untuk bermimpi."

Hari-hari berlalu. Verdi mulai memahami ritme mengelola warung, mencoba meniru ketelatenan sang kakek. Setiap pagi, ia bangun sebelum subuh untuk menyangrai biji kopi---ritual yang dulu sering ia saksikan. Buku catatan tua milik kakeknya menjadi panduan, berisi tidak hanya resep kopi, tetapi juga kebijaksanaan hidup yang terselip di antara halamannya.

"Kopi itu seperti hidup," tulisan kakeknya berbunyi. "Terlalu cepat diseduh, pahitnya akan menguasai. Terlalu lama ditunggu, hangatnya akan hilang. Harus tahu waktu yang tepat."

Namun, kedamaian itu terusik suatu pagi ketika seorang pria berjas datang dengan tawaran yang menggiurkan. Bukan pertama kalinya pengembang mencoba membeli tanah di Manggar, tetapi kali ini tawarannya berbeda.

"Warung ini berada di lokasi strategis," kata pria itu sambil menyodorkan dokumen. "Kami ingin membangun kompleks perumahan mewah dan pusat perbelanjaan modern. Dengan uang ini, kau bisa membuka cafe modern di Jakarta. Bukankah itu impianmu?"

Verdi terdiam. Lima tahun lalu, tawaran ini pasti akan langsung ia terima. Cafe modern di Jakarta adalah mimpinya sejak kuliah. Tapi sekarang...

"Beri saya waktu untuk berpikir," jawabnya diplomatis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun