Kinanti kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari orkestra, membawa perubahan yang awalnya ditakuti menjadi evolusi yang dinanti. Setiap anggota orkestra mulai menemukan suara pribadi mereka di antara notasi yang tertulis, menciptakan musik yang lebih hidup dan personal.
Narendra duduk di depan piano tua, jemarinya menyentuh tuts dengan lembut. Ia tersenyum, mengingat bagaimana seorang gadis dengan biola tua telah mengajarkannya bahwa musik, seperti waktu, tak bisa dipaksa tunduk pada aturan yang kaku. Bahwa keindahan sejati terletak pada keberanian untuk mendengarkan---tidak hanya nada-nada yang tertulis, tetapi juga bisikan hujan, detak waktu, dan degup kehidupan itu sendiri.
Di sudut ruangan, biola tua milik ayahnya yang selama ini hanya menjadi pajangan, kini tampak berbeda di matanya. Mungkin sudah waktunya alat musik itu bernyanyi lagi, dengan cara yang baru. Karena kadang, kita hanya perlu mendengarkan hujan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H