Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Laras Waktu

6 Januari 2025   00:01 Diperbarui: 5 Januari 2025   16:39 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kinanti kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari orkestra, membawa perubahan yang awalnya ditakuti menjadi evolusi yang dinanti. Setiap anggota orkestra mulai menemukan suara pribadi mereka di antara notasi yang tertulis, menciptakan musik yang lebih hidup dan personal.

Narendra duduk di depan piano tua, jemarinya menyentuh tuts dengan lembut. Ia tersenyum, mengingat bagaimana seorang gadis dengan biola tua telah mengajarkannya bahwa musik, seperti waktu, tak bisa dipaksa tunduk pada aturan yang kaku. Bahwa keindahan sejati terletak pada keberanian untuk mendengarkan---tidak hanya nada-nada yang tertulis, tetapi juga bisikan hujan, detak waktu, dan degup kehidupan itu sendiri.

Di sudut ruangan, biola tua milik ayahnya yang selama ini hanya menjadi pajangan, kini tampak berbeda di matanya. Mungkin sudah waktunya alat musik itu bernyanyi lagi, dengan cara yang baru. Karena kadang, kita hanya perlu mendengarkan hujan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun