Melalui interkom, ia bisa mendengar para pramugari memberikan instruksi keselamatan kepada penumpang. Suara tangis anak kecil sayup-sayup terdengar dari kabin, mengiris hatinya. Di belakangnya, 189 nyawa bergantung pada keputusan dan kemampuannya. 189 kisah yang mungkin akan berakhir atau berlanjut, tergantung pada bagaimana ia mengendalikan 'burung besi' ini dalam badai.
"Approach control responding, Captain. Runway 10 cleared for emergency landing. Wind 220 degrees at 15 knots. Emergency services standing by."
Landasan pacu sudah terlihat. Dengan keterampilan yang diasah selama bertahun-tahun dan keyakinan akan pertolongan Allah, Firdaus mengarahkan pesawat mendarat. Roda-roda pesawat menyentuh landasan dengan mulus, seolah dibimbing oleh tangan tak terlihat.
"Alhamdulillah," ucapnya lirih saat pesawat akhirnya berhenti dengan selamat. Air mata haru menggenang di pelupuk matanya.
Setelah semua penumpang turun dengan selamat, Firdaus duduk sendiri di kokpit, merenungkan kejadian hari ini. Ponselnya berdering - panggilan dari direktur operasional maskapai.
"Kapten Firdaus, tindakan anda hari ini menyelamatkan 189 nyawa. Keputusan landing darurat anda tepat dan eksekusinya sempurna. Kami bangga memiliki pilot seperti anda."
Firdaus tersenyum haru. Kabar selanjutnya lebih mengejutkan - rencana pengurangan pilot dibatalkan. Maskapai justru akan fokus pada peningkatan kualitas dan keselamatan penerbangan.
Malam itu, dalam perjalanan pulang ke Jakarta, Firdaus merenungkan bagaimana Allah menguji dan kemudian memberikan jalan keluar yang tak terduga. Seperti yang tertulis dalam Al-Quran: "Dan Kami akan uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan."
Pengalaman ini mengajarkannya bahwa kepercayaan kepada Allah dan kemampuan profesional adalah dua sayap yang membawanya terbang - dua sayap yang diberikan sang Malaikat untuk mengarungi kehidupan.
Sejak hari itu, setiap kali Firdaus menerbangkan pesawat, ia selalu mengingat bahwa di atas awan tertinggi, Allah senantiasa menjaga. Dan ketika badai datang, ia tahu bahwa itu bukan untuk menghancurkan, tapi untuk menguatkan kedua sayapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H