Kondisi ini tentu sangat disayangkan karena menikah bukan berarti harus berhenti sekolah. Pemerintah daerah perlu mengedukasi masyarakat bahwa pendidikan tetap penting bagi remaja meskipun sudah menikah.Â
Sekolah juga perlu memberikan kebijakan yang memungkinkan pelajar yang menikah tetap bisa bersekolah, misalnya dengan menyediakan kelas khusus atau program belajar jarak jauh.Â
Dengan demikian, pelajar yang menikah muda tidak perlu putus asa dan tetap bisa mengejar cita-cita.
Faktor lainnya yang kerap memicu putus sekolah adalah kurangnya motivasi belajar hingga enggan melanjutkan pendidikan.Â
Banyak pelajar merasa jenuh, bosan dan tidak berminat dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Untuk itu, guru dan sekolah harus mampu menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.Â
Metode mengajar perlu diperbaharui dan disesuaikan dengan minat siswa. Guru juga perlu memberikan perhatian lebih dan memotivasi siswa yang kurang bersemangat agar tetap gigih menuntut ilmu.Â
Dengan cara ini, semangat belajar siswa dapat dipertahankan dan risiko putus sekolah bisa diminimalisir.
Selanjutnya, pemilihan untuk bekerja di usia muda, misalnya di tambang timah, juga berkontribusi pada adanya pelajar putus sekolah.Â
Daya tarik mendapatkan uang di usia muda kadang membuat remaja meremehkan pentingnya pendidikan. Padahal, bekerja di usia muda tanpa bekal pendidikan yang memadai justru akan menutup peluang mereka di masa depan.Â
Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi secara masif kepada pelajar dan masyarakat bahwa mengejar uang sesaat dengan berhenti sekolah adalah pilihan yang keliru.Â
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang lebih berharga demi masa depan yang lebih baik. Dengan pemahaman ini, diharapkan pelajar akan lebih bijak dalam mengambil keputusan.