Arah baru kebijakan pendidikan tinggi di era Menteri Satrio Brojonegoro mencerminkan visi yang holistik dan strategis. Pendidikan tinggi tidak lagi hanya berfungsi sebagai institusi akademik, tetapi juga sebagai penggerak inovasi, pembangunan lokal, dan transformasi ekonomi. Melalui pendekatan yang mengedepankan relevansi lokal, riset terapan, dan penguatan program inklusif seperti MBKM, Indonesia diharapkan dapat menciptakan ekosistem pendidikan tinggi yang adaptif, responsif, dan berdampak nyata bagi masyarakat. Strategi ini menjadikan pendidikan tinggi Indonesia sebagai kekuatan utama dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan daya saing global.
Relevansi WCU di Masa Kini: Perspektif Baru untuk Perguruan Tinggi Indonesia
 Dalam era globalisasi, status World Class University (WCU) tetap memiliki daya tarik yang signifikan, terutama dalam membangun reputasi akademik, menarik mitra internasional, dan menciptakan jejaring kolaborasi global. Perguruan tinggi yang berhasil mencapai status ini biasanya lebih mudah mengakses peluang pendanaan riset, menarik mahasiswa dan dosen dari berbagai negara, serta meningkatkan pengaruh akademik di kancah internasional. Namun, dalam konteks Indonesia, perguruan tinggi perlu mempertimbangkan apakah upaya mengejar WCU sepenuhnya selaras dengan misi nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
WCU dan Tantangan Perguruan Tinggi di Indonesia
Mengejar status WCU sering kali membutuhkan pengalihan sumber daya yang signifikan untuk memenuhi indikator internasional, seperti jumlah sitasi, kolaborasi global, dan rasio dosen-mahasiswa internasional. Dalam laporan Times Higher Education (2023), indikator utama WCU lebih menguntungkan universitas di negara maju dengan pendanaan riset yang melimpah dan akses ke jejaring internasional yang luas. Di sisi lain, menurut laporan Kemendikbudristek (2022), hanya sekitar 0,23% dari PDB Indonesia yang dialokasikan untuk pendidikan tinggi, jauh di bawah rata-rata global, yang membatasi kemampuan perguruan tinggi Indonesia untuk berkompetisi di level ini.
Namun, mengejar WCU tidak harus bertentangan dengan kebutuhan lokal. Status WCU dapat menjadi relevan jika dimaknai sebagai hasil dari kualitas pendidikan tinggi yang berorientasi pada dampak nyata terhadap masyarakat. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satrio Brojonegoro, menyatakan, "Pendidikan tinggi Indonesia harus mengedepankan solusi bagi tantangan bangsa. Pengakuan global akan datang sebagai akibat dari kualitas dan dampak lokal yang terintegrasi." (Kompas, 2024).
Menjadikan Pendidikan dan Inovasi sebagai Prioritas
Menjadikan kualitas pendidikan dan inovasi teknologi sebagai prioritas utama memungkinkan perguruan tinggi menciptakan dampak nyata bagi pembangunan nasional sambil tetap berkontribusi pada agenda global. Misalnya, Universitas Gadjah Mada (UGM) telah meluncurkan platform pembelajaran terbuka yang mendukung pembangunan berkelanjutan melalui pendidikan berkelanjutan. Program ini tidak hanya meningkatkan akses pendidikan berkualitas bagi masyarakat luas, tetapi juga menunjukkan bagaimana institusi pendidikan dapat memadukan relevansi lokal dengan pengakuan global. (UGM, 2023)
Demikian pula, Universitas Padjadjaran (Unpad) fokus pada program penelitian yang terkait dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satu inisiatif mereka mencakup penelitian di bidang ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat, yang secara langsung berkontribusi pada pembangunan nasional sambil tetap mendukung agenda global SDGs. Pendekatan ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi dapat mengintegrasikan prioritas global ke dalam konteks lokal. (SDG Center Unpad, 2023)
Mengukur Relevansi WCU Melalui Kontribusi Berkelanjutan
Relevansi WCU tidak lagi harus diukur melalui posisi dalam peringkat internasional semata, tetapi melalui kontribusi nyata terhadap pembangunan berkelanjutan yang sejalan dengan kebutuhan bangsa. Menurut laporan OECD (2023), perguruan tinggi yang berorientasi pada dampak lokal, seperti pengembangan tenaga kerja berbasis teknologi atau inovasi di sektor agrikultur, memiliki peluang lebih besar untuk memperoleh pengakuan global karena relevansi dan dampak penelitian mereka terhadap tantangan dunia yang lebih luas.