Berakhirnya era digitalisasi dapat membawa peradaban menuju kehidupan yang lebih berfokus pada nilai-nilai manusiawi dan keberlanjutan lingkungan. Tanpa ketergantungan berlebihan pada teknologi digital, masyarakat mungkin akan lebih mengutamakan aspek-aspek kesehatan mental dan fisik, pendidikan, dan interaksi sosial yang lebih bermakna.Â
Kehidupan yang lebih sederhana dan alami memungkinkan individu untuk lebih hadir dalam setiap interaksi sosial dan lebih perhatian terhadap kesehatan pribadi, seperti yang terlihat pada kebijakan di beberapa negara maju yang mengurangi penggunaan perangkat digital di kalangan anak-anak. Harapannya, generasi berikutnya dapat tumbuh dengan keseimbangan antara teknologi dan interaksi langsung, sehingga lebih sehat dan seimbang secara emosional.
Namun, transisi ini tidaklah sederhana. Teknologi digital sudah menjadi bagian integral dalam banyak aspek kehidupan, dari pendidikan hingga kesehatan dan perdagangan.Â
Pendidikan berbasis teknologi, misalnya, telah membuka akses yang lebih luas bagi kelompok rentan dan mereka yang berada di daerah terpencil. Selama pandemi COVID-19, pembelajaran daring membantu jutaan anak di seluruh dunia untuk terus belajar meskipun berada di wilayah yang tidak memiliki akses langsung ke lembaga pendidikan fisik.Â
Menurut data UNESCO, hampir 1,6 miliar siswa di seluruh dunia mendapatkan manfaat dari pembelajaran daring, terutama di daerah pedesaan dan wilayah dengan infrastruktur pendidikan yang terbatas. Menghapus teknologi dalam pendidikan akan merugikan kelompok rentan ini dan menghilangkan kesetaraan akses pendidikan yang selama ini dibantu oleh digitalisasi.
Selain pendidikan, sektor kesehatan juga akan sangat terdampak. Teknologi digital memungkinkan layanan kesehatan yang lebih cepat, efisien, dan terjangkau, terutama melalui aplikasi telemedicine yang memberikan akses konsultasi kesehatan bagi masyarakat di daerah terpencil.Â
Selama pandemi, telemedicine membuktikan pentingnya teknologi digital dalam membantu masyarakat yang jauh dari fasilitas medis untuk tetap mendapatkan layanan kesehatan.Â
Tanpa teknologi ini, masyarakat pedesaan dan wilayah terpencil akan kehilangan akses penting ini, yang akan memperdalam kesenjangan kesehatan di antara berbagai kelompok masyarakat.
Sektor bisnis, khususnya usaha kecil dan menengah (UKM), juga akan terpengaruh secara signifikan. UKM yang memanfaatkan e-commerce dapat memperluas pasar mereka dan bersaing secara global dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan membuka toko fisik.Â
Di Indonesia, misalnya, data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa e-commerce berkontribusi sekitar 3,6% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2022. Hilangnya teknologi digital dapat membatasi akses pasar bagi UKM, mengurangi pendapatan, dan meningkatkan kesulitan bagi mereka untuk bersaing di pasar yang lebih luas.
Meski demikian, berakhirnya era digitalisasi juga membuka peluang bagi keberlanjutan lingkungan dan kehidupan yang lebih terfokus pada keseimbangan alam. Pengurangan perangkat digital akan menurunkan konsumsi energi global, terutama yang digunakan untuk mengoperasikan pusat data dan server, yang menurut laporan Greenpeace menyumbang sekitar 2% dari emisi gas rumah kaca global.Â