Mohon tunggu...
syahmardi yacob
syahmardi yacob Mohon Tunggu... Dosen - Guru Besar Manajemen Pemasaran Universitas Jambi

Prof. Dr. Syahmardi Yacob, Guru Besar Manajemen Pemasaran di Universitas Jambi, memiliki passion yang mendalam dalam dunia akademik dan penelitian, khususnya di bidang strategi pemasaran, pemasaran pariwisata, pemasaran ritel, politik pemasaran, serta pemasaran di sektor pendidikan tinggi. Selain itu, beliau juga seorang penulis aktif yang tertarik menyajikan wawasan pemasaran strategis melalui tulisan beberapa media online di grup jawa pos Kepribadian beliau yang penuh semangat dan dedikasi tercermin dalam hobinya yang beragam, seperti menulis, membaca, dan bermain tenis. Menulis menjadi sarana untuk menyampaikan ide-ide segar dan relevan di dunia pemasaran, baik dari perspektif teoritis maupun aplikatif. Gaya beliau yang fokus, informatif, dan tajam dalam menganalisis isu-isu pemasaran menjadikan tulisannya memiliki nilai tambah yang kuat, khususnya dalam memberikan pencerahan dan solusi praktis di ranah pemasaran Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Virtual Tourism Marketing: Masih Diperlukan Kah?

30 Oktober 2024   11:22 Diperbarui: 30 Oktober 2024   11:39 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Apakah Wisata Virtual Masih Dibutuhkan?

Di era pasca-pandemi, virtual tourism marketing tetap relevan sebagai alat pemasaran dan pratinjau destinasi. Berdasarkan laporan oleh Statista (2023), sebanyak 43% wisatawan mengaku menggunakan tur virtual untuk memutuskan destinasi wisata berikutnya, terutama bagi mereka yang hendak melakukan perjalanan internasional. Wisata virtual memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk "mengintip" suatu destinasi, memahami budaya, keindahan, dan atraksi yang ditawarkan sebelum memutuskan perjalanan fisik. Dalam konteks ini, wisata virtual berfungsi sebagai alat bantu bagi calon wisatawan untuk membuat keputusan lebih bijak dan mempertimbangkan tujuan wisata yang sesuai dengan minat mereka.

Wisata virtual juga berfungsi sebagai jembatan bagi segmen audiens tertentu, seperti orang tua, penyandang disabilitas, dan mereka yang khawatir tentang dampak lingkungan. Menurut laporan dari UNWTO (2022), wisata virtual memperluas aksesibilitas ke destinasi yang mungkin sulit dijangkau atau tidak ramah bagi beberapa kelompok, sehingga mereka tetap dapat menikmati pengalaman budaya dan alam dari tempat mereka berada. Selain itu, bagi wisatawan yang ingin mengurangi jejak karbon dan memilih alternatif berkelanjutan, wisata virtual menjadi pilihan yang ramah lingkungan dan mengurangi kebutuhan untuk melakukan perjalanan fisik.

Selain itu, virtual tourism marketing tetap bermanfaat bagi negara atau daerah dengan keterbatasan politik atau keamanan. Misalnya, destinasi seperti Mesir dan Suriah telah menggunakan pariwisata virtual untuk tetap menarik perhatian wisatawan internasional di tengah ketidakstabilan politik di wilayah tersebut. Dengan cara ini, wisata virtual tetap relevan untuk destinasi yang membutuhkan eksposur namun terbatas oleh berbagai faktor eksternal. Wisata virtual juga berguna bagi negara-negara yang mengembangkan pariwisata tetapi belum memiliki infrastruktur lengkap untuk mendukung jumlah wisatawan besar, seperti beberapa negara di Afrika dan Asia Tenggara. Dengan mengadakan tur virtual, negara-negara ini dapat memperkenalkan potensi wisatanya kepada calon pengunjung dan menarik perhatian internasional, membangun citra positif yang dapat mendukung pengembangan pariwisata di masa depan.

Lebih jauh lagi, wisata virtual berperan sebagai bentuk diversifikasi dalam strategi pemasaran pariwisata modern. Negara-negara dan destinasi yang memanfaatkan teknologi ini dapat memperluas audiens tanpa batasan fisik, menarik kelompok wisatawan global yang lebih beragam. Dengan meningkatnya minat wisatawan untuk merasakan destinasi secara virtual, wisata virtual berpotensi menciptakan tren baru dalam industri pariwisata, di mana pengalaman virtual dan fisik bisa saling melengkapi.

Masa Depan Wisata Virtual

Masa depan virtual tourism marketing semakin menjanjikan dengan perkembangan teknologi VR dan AR yang kian canggih. Menurut McKinsey (2023), teknologi AI dan AR yang lebih interaktif dapat mendekati pengalaman nyata, seperti memberikan interaksi waktu nyata dengan pemandu lokal atau mengintegrasikan tur yang lebih personal, di mana wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan elemen-elemen virtual destinasi. Inovasi ini memungkinkan wisatawan untuk mengajukan pertanyaan kepada pemandu virtual, memilih jalur tur sesuai preferensi, dan mendapatkan pengalaman yang lebih mendalam. Teknologi-teknologi ini berpotensi meningkatkan minat wisatawan untuk menjelajahi destinasi secara virtual sebelum melakukan perjalanan, sehingga wisata virtual tidak hanya menjadi sekadar pengganti sementara, tetapi juga alat pemasaran yang menarik dan mendorong perjalanan fisik di masa depan.

Di masa depan, VR dan AR juga dapat diintegrasikan dengan data real-time, seperti kondisi cuaca, jadwal acara lokal, dan aktivitas yang sedang berlangsung di destinasi. Ini akan memungkinkan wisatawan merasakan suasana destinasi dalam bentuk yang paling realistis, seolah-olah mereka benar-benar berada di sana pada saat itu. Menurut laporan Deloitte (2023), integrasi ini bisa menjadikan wisata virtual lebih dinamis dan menarik bagi wisatawan yang ingin melihat kondisi aktual dan kehidupan sehari-hari di destinasi wisata.

Selain itu, pariwisata virtual dapat menjadi solusi jangka panjang untuk pariwisata berkelanjutan. UNWTO (2022) mencatat bahwa wisata virtual dapat berperan dalam mengurangi tekanan terhadap destinasi yang ramai, seperti Venice atau Machu Picchu, dengan menyediakan alternatif bagi wisatawan yang ingin mengunjungi tempat-tempat ikonik tanpa harus hadir secara fisik. Hal ini membantu mengurangi dampak negatif dari overtourism yang sering kali menyebabkan kerusakan lingkungan dan budaya lokal di destinasi wisata. Dengan menggunakan pariwisata virtual, destinasi dapat tetap memperoleh pemasukan dari pengunjung yang memilih jalur virtual sambil menjaga kelestarian lingkungan dan budaya setempat.

Dalam hal pengembangan konten, masa depan wisata virtual dapat semakin kaya dengan adanya kolaborasi antara penyedia teknologi, pemerintah, dan komunitas lokal. Hal ini akan memastikan bahwa konten wisata virtual lebih autentik dan mencerminkan budaya lokal dengan akurat, sehingga wisatawan bisa mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang destinasi. Kolaborasi ini memungkinkan pengembangan tur virtual yang tidak hanya mempromosikan tempat wisata populer, tetapi juga memperkenalkan aspek budaya, sejarah, dan cerita rakyat setempat yang lebih mendalam. Tur virtual semacam ini tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga menjadi alat edukatif yang berharga untuk mempelajari budaya suatu daerah.

Dengan semua perkembangan ini, masa depan pariwisata virtual diharapkan mampu menjadi bagian integral dari strategi pemasaran pariwisata global. Teknologi canggih yang menggabungkan AI, VR, dan AR akan membuat wisata virtual semakin personal, realistis, dan interaktif, menciptakan pengalaman yang mampu memenuhi kebutuhan wisatawan modern. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan, pariwisata virtual akan menjadi solusi yang ideal bagi mereka yang ingin menjelajahi dunia tanpa meninggalkan jejak karbon besar, sekaligus mendukung upaya perlindungan lingkungan di destinasi wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun