"di luar begitu ramai, percayalah."Â
Suara yang beberapa menit lalu ku dengar di depan kedai jus terdengar lagi, memaksaku untuk mengangkat wajah. Menatap seorang pemuda dengan helm yang ditenteng dan jus alpukat penuh dengan susu kental manis.
"Maksudnya?" Tanyaku tak mengerti.Â
Pemuda itu dengan santainya duduk di depanku tanpa izin dan mulai mengelurkan suaranya lagi.
"Kau harus melihatnya."
"keluarlah,"
"lihatlah, anak-anak mengejar mentari itu." Lagi-lagi. Kalimat itu lagi.Â
Kenapa lidah pemuda itu terasa manis, sama sepertinya.
"Dia suka melahapku," kataku.Â
Pemuda itu menyipitkan kedua matanya seolah masih menunggu jawaban lain dariku.
Kadang dalamnya tanya membuatku meremas dada di mana hati berada, aku ingin mengadu tapi lidahku kelu. Mendadak sakit itu kembali. Entah di mana dan bagaimana, aku tak mau mencoba, karena aku yakin kamu pasti akan bertanya kenapa. Untuk kesekian kali. Aku muak.