Sejauh ini kita hanya kebanyakan berkomentar, mengkritik, nyinyir, atau bahkan menuduh, sekalipun ketika kita diserahkan untuk mengurusi hal tetek-bengek pesta rakyat belum tentu kuat.Â
Kita yang hanya diarahkan untuk nyoblos saja, seolah-olah itu hal yang berat, sehingga berbagai nada peyoratif mendahului bahkan jauh sebelum kemudahan nyoblos berlangsung.
Mari jadikan pesta rakyat ini ajang kegembiraan dalam berdemokrasi, bukan sekadar tuduhan-tuduhan tak berdasar, apalagi menimbulkan suasana kesedihan yang dibuat-buat, dimana seolah-olah ketika salah satu kandidat yang terpilih negeri ini hancur lebur atau dikuasai antek-antek asing atau orang-orang yang tidak seiman dengan kita.Â
Politik itu rangkaian diin, dunya, daulah (agama atau ideologi, keduniaan, dan pergantian kekuasaan). Jadi biarkan politik menjadi "alami" yang merujuk pada perputaran kekuasaan, siapa yang berhak berkuasa atas dasar pilihan rakyatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H