Dengan berbagi momen anak-anak kita secara online, kita tanpa sadar mengubah mereka menjadi bagian dari "portofolio sosial" yang mungkin lebih banyak mencerminkan kebutuhan kita sendiri daripada kepentingan mereka.
Ada ironi besar di sini.Â
Di satu sisi, kita mendambakan dunia yang lebih aman dan menghargai privasi. Namun, di sisi lain, kita terus mengunggah setiap detail kecil tentang anak-anak kita.Â
Apa bedanya dengan majalah selebritas yang mengekspos kehidupan pribadi artis demi keuntungan komersial?Â
Kita mungkin tidak menghasilkan uang dari unggahan tentang anak kita, tapi apakah ini berarti kita lebih baik dari para paparazzi?
Beberapa orang tua akhirnya mulai menyadari dilema ini dan memutuskan untuk berhenti mengunggah gambar anak-anak mereka, seperti yang dilakukan oleh kreator konten terkenal Kristin Gallant dan Annalee Grace.
Lebih jauh lagi, ada aspek psikologis yang jarang kita pikirkan.Â
Anak-anak yang dibesarkan dalam era sharenting mungkin tumbuh dengan kesadaran bahwa setiap momen hidup mereka akan dinilai dan diukur secara publik.Â
Ini bisa menciptakan tekanan sosial yang tidak sehat atau mengganggu perkembangan identitas diri mereka. Bagaimana kita bisa mengajarkan anak-anak tentang pentingnya privasi dan batasan jika kita sendiri mengabaikan hal itu sejak awal?Â
Keseimbangan antara membagikan kebahagiaan dan melindungi anak bukanlah tugas yang mudah, tetapi itu sangat penting. Lalu, bagaimana jika kita berhenti?Â
Berhenti bukan berarti menjadi orang tua yang kurang peduli atau berhenti merayakan momen kebahagiaan anak.Â