Bahkan orang tua paling baik niatnya pun bisa terjebak. Berbagi di media sosial sering kali dilakukan demi mendokumentasikan momen indah atau untuk mendapat dukungan sosial.Â
Namun, apakah ini adil bagi anak?Â
Ketika kita membagikan setiap momen tanpa persetujuan mereka, kita mengambil hak anak untuk mengontrol citra diri mereka sendiri di masa depan.
Ironisnya, kita sering lupa bahwa anak-anak kita akan tumbuh dewasa dan mungkin menuntut jawaban atas pilihan yang kita buat hari ini.
Jadi, mungkin benar kata pepatah digital yang berkembang akhir-akhir ini: "Sharenting sudah saatnya berakhir."Â
Ini bukan hanya soal melindungi anak-anak kita dari bahaya langsung, tetapi juga soal menghormati privasi dan hak mereka untuk memilih apa yang akan dipublikasikan tentang diri mereka.Â
Bagaimana jika, di masa mendatang, anak-anak kita merasa tidak pernah diberikan kesempatan untuk menentukan bagaimana mereka ingin dikenang di dunia digital?Â
Ini adalah pertanyaan yang kita, sebagai orang tua dan masyarakat, harus mulai renungkan.
***
Berhenti dari kebiasaan sharenting bukan hanya tentang melindungi anak dari risiko seperti pencurian identitas atau pelecehan daring.Â
Ini juga menyangkut bagaimana kita, sebagai orang dewasa, belajar mengelola kebiasaan baru di era digital. Media sosial telah menciptakan budaya di mana validasi dan kebanggaan seringkali diukur dari jumlah "likes" dan komentar.Â