Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Setop Sharenting Sekarang Juga!

20 Oktober 2024   15:51 Diperbarui: 24 Oktober 2024   08:53 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan berbagi momen anak-anak kita secara online, kita tanpa sadar mengubah mereka menjadi bagian dari "portofolio sosial" yang mungkin lebih banyak mencerminkan kebutuhan kita sendiri daripada kepentingan mereka.

Ada ironi besar di sini. 

Di satu sisi, kita mendambakan dunia yang lebih aman dan menghargai privasi. Namun, di sisi lain, kita terus mengunggah setiap detail kecil tentang anak-anak kita. 

Apa bedanya dengan majalah selebritas yang mengekspos kehidupan pribadi artis demi keuntungan komersial? 

Kita mungkin tidak menghasilkan uang dari unggahan tentang anak kita, tapi apakah ini berarti kita lebih baik dari para paparazzi?

Beberapa orang tua akhirnya mulai menyadari dilema ini dan memutuskan untuk berhenti mengunggah gambar anak-anak mereka, seperti yang dilakukan oleh kreator konten terkenal Kristin Gallant dan Annalee Grace.

Lebih jauh lagi, ada aspek psikologis yang jarang kita pikirkan. 

Anak-anak yang dibesarkan dalam era sharenting mungkin tumbuh dengan kesadaran bahwa setiap momen hidup mereka akan dinilai dan diukur secara publik. 

Ini bisa menciptakan tekanan sosial yang tidak sehat atau mengganggu perkembangan identitas diri mereka. Bagaimana kita bisa mengajarkan anak-anak tentang pentingnya privasi dan batasan jika kita sendiri mengabaikan hal itu sejak awal? 

Keseimbangan antara membagikan kebahagiaan dan melindungi anak bukanlah tugas yang mudah, tetapi itu sangat penting. Lalu, bagaimana jika kita berhenti? 

Berhenti bukan berarti menjadi orang tua yang kurang peduli atau berhenti merayakan momen kebahagiaan anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun