Dari analisis Clayton Christensen mengenai 'disruptive innovation', bisnis makanan online mewakili disrupsi dalam cara tradisional memperoleh makanan, dengan memanfaatkan teknologi untuk menjawab keengganan konsumen untuk memasak atau belajar memasak sendiri.
Jadi, bukan hanya tentang makanan yang ditawarkan, tetapi juga tentang bagaimana makanan tersebut dapat diakses dengan mudah.
Dalam setiap kasus, prinsip utama yang saya sampaikan ke mahasiswa adalah bahwa setiap elemen kemalasan yang bisa diidentifikasi adalah sebuah peluang yang bisa diubah menjadi keuntungan.Â
Entrepreneur sejati adalah mereka yang bisa melihat peluang dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari, dan kemalasan, entah itu karena sibuk, kebiasaan, atau kenyamanan, adalah medan subur yang selalu siap untuk ditaklukkan.
Strategi Memanfaatkan Kemalasan untuk Inovasi Bisnis
Berlanjut dari pemahaman bahwa kemalasan bisa menjadi lahan yang subur untuk inovasi, penting bagi setiap entrepreneur untuk menggali lebih dalam lagi tentang bagaimana kecenderungan ini bisa dimanfaatkan dengan cara yang beretika dan berkelanjutan.Â
Steve Jobs pernah berkata, "Inovasi membedakan pemimpin dan pengikut."Â
Dalam konteks memanfaatkan kemalasan, inovasi tidak sekedar menciptakan produk atau jasa yang memudahkan, tetapi juga memastikan bahwa ini membawa nilai tambah yang signifikan bagi kehidupan konsumen.
Ambil contoh dari industri kebugaran.Â
Dengan munculnya aplikasi dan alat kebugaran yang dapat digunakan di rumah, entrepreneur telah berhasil memanfaatkan kemalasan orang-orang yang enggan atau tidak memiliki waktu untuk pergi ke gym.Â
Produk seperti pelatih virtual dan aplikasi pelacak kebugaran memungkinkan pengguna untuk tetap bugar tanpa meninggalkan kenyamanan rumah mereka, menawarkan personalisasi dan fleksibilitas yang tidak dapat diberikan oleh gym konvensional.Â
Ini adalah contoh bagaimana kemalasan, ketika dilihat sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup, bisa menjadi kekuatan pendorong di balik inovasi yang berarti.