Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Mengapa Orang Malas adalah Target Terbaik untuk Bisnis Anda?

21 Juli 2024   17:35 Diperbarui: 24 Juli 2024   11:12 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencuci mobil sendiri. (Sumber: Freepik.com)

Membidik Kemalasan, Menangkap Peluang

Dalam era di mana waktu menjadi lebih berharga daripada uang, kecenderungan untuk memilih jalan pintas dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari menjadi fenomena yang lumrah. 

Saya, sebagai seorang dosen yang mengampu mata kuliah Technopreneurship, seringkali menekankan kepada mahasiswa bahwa esensi dari kewirausahaan modern adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan kemalasan orang lain sebagai sebuah peluang emas. 

Faktanya, banyak pakar kewirausahaan global, seperti Peter Drucker, menegaskan bahwa inovasi seringkali tidak lahir dari kecemerlangan teknologi semata, melainkan dari pemahaman mendalam tentang kebutuhan manusia yang paling dasar, salah satunya adalah keinginan untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih mudah dan efisien.

Contoh yang paling sederhana adalah bisnis minuman dalam kemasan. Dalam pandangan orang awam, ini mungkin tampak sebagai respons terhadap kebutuhan hidrasi. 

Namun, dari perspektif kewirausahaan, ini adalah respons terhadap kemalasan konsumen yang enggan membawa botol minuman dari rumah. 

Kepraktisan kemasan yang dapat dibuang langsung setelah digunakan, menjadikan produk ini diminati luas, bukan hanya karena fungsi utamanya, tetapi karena kemampuan produk tersebut dalam memenuhi kebutuhan konsumen akan kenyamanan dan efisiensi.

Mengambil inspirasi dari Michael Porter yang menekankan pentingnya strategi diferensiasi, bisnis cuci mobil otomatis bisa dilihat sebagai manifestasi dari prinsip yang sama. 

Dengan menawarkan layanan yang membebaskan pemilik mobil dari kerepotan mencuci kendaraan mereka sendiri, entrepreneur memberikan solusi yang tidak hanya menghemat waktu tetapi juga menawarkan kepuasan atas layanan yang cepat dan menyeluruh. 

Dalam hal ini, kemalasan diubah menjadi keuntungan kompetitif.

Selanjutnya, tren pesat pertumbuhan layanan makanan online adalah cerminan dari pergeseran perilaku konsumen yang semakin mengutamakan kenyamanan. 

Dari analisis Clayton Christensen mengenai 'disruptive innovation', bisnis makanan online mewakili disrupsi dalam cara tradisional memperoleh makanan, dengan memanfaatkan teknologi untuk menjawab keengganan konsumen untuk memasak atau belajar memasak sendiri.

Jadi, bukan hanya tentang makanan yang ditawarkan, tetapi juga tentang bagaimana makanan tersebut dapat diakses dengan mudah.

Dalam setiap kasus, prinsip utama yang saya sampaikan ke mahasiswa adalah bahwa setiap elemen kemalasan yang bisa diidentifikasi adalah sebuah peluang yang bisa diubah menjadi keuntungan. 

Entrepreneur sejati adalah mereka yang bisa melihat peluang dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari, dan kemalasan, entah itu karena sibuk, kebiasaan, atau kenyamanan, adalah medan subur yang selalu siap untuk ditaklukkan.

Strategi Memanfaatkan Kemalasan untuk Inovasi Bisnis

Berlanjut dari pemahaman bahwa kemalasan bisa menjadi lahan yang subur untuk inovasi, penting bagi setiap entrepreneur untuk menggali lebih dalam lagi tentang bagaimana kecenderungan ini bisa dimanfaatkan dengan cara yang beretika dan berkelanjutan. 

Steve Jobs pernah berkata, "Inovasi membedakan pemimpin dan pengikut." 

Dalam konteks memanfaatkan kemalasan, inovasi tidak sekedar menciptakan produk atau jasa yang memudahkan, tetapi juga memastikan bahwa ini membawa nilai tambah yang signifikan bagi kehidupan konsumen.

Ambil contoh dari industri kebugaran. 

Dengan munculnya aplikasi dan alat kebugaran yang dapat digunakan di rumah, entrepreneur telah berhasil memanfaatkan kemalasan orang-orang yang enggan atau tidak memiliki waktu untuk pergi ke gym. 

Produk seperti pelatih virtual dan aplikasi pelacak kebugaran memungkinkan pengguna untuk tetap bugar tanpa meninggalkan kenyamanan rumah mereka, menawarkan personalisasi dan fleksibilitas yang tidak dapat diberikan oleh gym konvensional. 

Ini adalah contoh bagaimana kemalasan, ketika dilihat sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup, bisa menjadi kekuatan pendorong di balik inovasi yang berarti.

Dalam sektor pendidikan, evolusi teknologi pendidikan telah mengubah cara kita belajar. 

Platform belajar online, yang kini menjadi mainstream, adalah respons terhadap kebutuhan belajar yang lebih fleksibel dan aksesibel, menjawab keinginan orang-orang yang mungkin terlalu 'malas' untuk mengikuti pendidikan formal di kelas atau universitas. 

Namun, sejauh ini, teknologi telah memungkinkan personalisasi pembelajaran dan memberikan akses ke sumber ilmu pengetahuan yang sebelumnya terbatas hanya pada institusi tertentu, membuka peluang belajar bagi lebih banyak orang, tidak peduli di mana mereka berada.

Menurut Guy Kawasaki, mantan evangelist Apple dan salah satu pakar teknologi dan bisnis terkemuka, "Enchanting your customers is about building relationships." Artinya: "Memikat pelanggan Anda adalah tentang membangun hubungan."

Dalam konteks memanfaatkan kemalasan, memikat pelanggan berarti tidak hanya memenuhi kebutuhan mereka untuk kenyamanan tetapi juga membangun hubungan yang membuat mereka merasa dihargai dan dipahami. 

Ini bisa melibatkan cara yang lebih intuitif dan humanistik dalam menawarkan solusi, yang tidak hanya mengurangi usaha fisik tapi juga memberikan kepuasan emosional.

Sebagai penutup, pelajaran yang ingin saya bagi kepada mahasiswa adalah bahwa mengidentifikasi dan memanfaatkan kemalasan bisa menjadi strategi yang sangat efektif dalam kewirausahaan. 

Namun, esensi sejati dari pendekatan ini bukanlah hanya untuk menghasilkan keuntungan, melainkan untuk menciptakan nilai yang lebih besar dalam kehidupan orang-orang dengan cara yang inovatif dan etis. 

Dengan pemikiran ini, setiap entrepreneur bisa membawa perubahan positif yang substansial, tidak hanya dalam industri mereka, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari orang banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun